Latest News

Monday, April 30, 2012

Inilah Alasan Mengapa Anda Harus Menjadi Katolik


Marilah kita berbicara jujur tentang fakta; Sejak berdirinya Gereja Katolik, berapa banyak orang atau kelompok yang berusaha merongrong dan menghancurkannya? Berapakah yang mengeritik dan menyalahkan Gereja Katolik? Semuanya karena Gereja tetap mempertahankan kebenaran yang satu ini; �Yesus adalah Tuhan, dan Ia mendirikan Gereja-Nya di atas batu karang Petrus, Rasul yang diangkatnya menjadi pemimpin rasul yang lain. Dan, Gereja itu adalah Gereja Katolik.�

Tuhan Yesus telah bersabda, "Waspadalah, supaya kamu jangan disesatkan. Sebab banyak orang akan datang dengan memakai nama-Ku dan berkata; Akulah Dia, dan: Saatnya sudah dekat. Jangan kamu mengikuti mereka."  Dan, rasanya sabda ini mendapatkan pembenaran di zaman ini di mana banyak orang berkotbah di pasar, tempat-tempat umum bahkan dari pintu ke pintu sebagai utusan Tuhan, sementara yang lain memproklamirkan kelompoknya sebagai gereja yang paling benar, bahkan ada yang berani mengatakan dengan tegas bahwa Yesus ada bersama kami. Lihatlah...banyak mujizat terjadi di sini. Mereka ada demikian untuk menggenapi Sabda-Nya, sebab banyak orang akan datang dengan memakai nama-Ku dan berkata; Akulah Dia. Terhadap semua daya tarik dan bujuk rayu ini, kuingatkan  Anda akan sabda Yesus, pendiri Gereja Katolikmu; �Jangan kamu mengikuti mereka!�

Pertanyaan refleksif yang hendaknya kita semua renungkan adalah; �Mengapa kita harus tinggal dan tetap menjadi anggota Gereja Katolik? Atau, mengapa kita tidak boleh berpindah ke lain gereja? Inilah jawabanku kepadamu sebagai saudaraku dalam Gereja yang satu, kudus, Katolik dan Apostolik; "TIDAK MUNGKIN YESUS MENINGGALKAN GEREJA YANG DIDIRIKANNYA SENDIRI di atas batu karang Petrus. Apakah Yesus sedang berjalan-jalan di luar Gereja-Nya? Iya! Ia sedang menjala agar ikan-ikan itu terjerat dalam jalan-Nya dan dibawa kembali ke pangkuan Bunda Gereja. Meskipun demikian, aku yakin bahwa Yesus akan selalu kembali dan tinggal di dalam Rumah-Nya sendiri, yakni Gereja Katolik, karena Ia telah berjanji bahwa kuasa jahat tidak akan menguasainya." Yesus tidak membutuhkan "villa atau istana" sebagai tempat tinggal-Nya yang baru." Ia tetap tinggal di dalam Gereja Katolik, rumah-Nya sendiri, dan terutama di dalam hati kita masing-masing.

Karena itu, marilah kita membuat Gereja kita memiliki daya tarik karena tutur kata dan sikap serta perbuatan kita yang baik, sehingga setiap orang yang mendengar kita mereka mendengarkan Yesus, setiap orang yang melihat wajah kita melihat wajah Yesus, dan setiap orang yang bertemu dengan kita mereka bertemu dengan Yesus.


In Spiritu Domini

Kisah Hidup dan Sengsara Tuhan Kita Yesus Kristus dan BundaNya Serta Misteri-Misteri Perjanjian Lama (bagian 2)


Kisah Hidup dan Sengsara Tuhan Kita Yesus Kristus dan BundaNya Serta Misteri-Misteri Perjanjian Lama (bagian 2)
Meditasi B. Anna Katharina Emmerick mistikus, stigmatis, visionaris (1774 - 1824)

Kronologi
Buku I
Penciptaan :
Bab 1 Jatuhnya Para Malaikat
Bab 2 Penciptaan Bumi
Bab 3 Adam dan Hawa
Bab 4 Pohon Kehidupan dan Pohon Pengetahuan

DOSA DAN KONSEKWENSINYA
Bab 1 Jatuh Dalam Dosa
Bab 2 Janji Akan Penebus
Bab 3 Adam dan Hawa Dihalau dari Firdaus
Bab 4 Keluarga Adam
Bab 5 Kain. Anak-anak Allah. Raksasa-raksasa
Bab 6 Nuh dan Keturunannya. Hom dan Dsemschid, Para Pemimpin Bangsa
Bab 7 Menara Babel
Bab 8 Derketo
Bab 9 Semiramis

Ibu Semiramis dilahirkan di wilayah Niniwe. Secara lahiriah ia seorang yang tenang, namun sesungguhnya ia seorang yang keji dan amoral. Ayah Semiramis berasal dari Syria dan, seperti ibu Semiramis, tenggelam dalam pemujaan berhala yang paling menjijikkan. Ia dibunuh sesudah kelahiran Semiramis, pembunuhannya ini ada hubungannya dengan, atau sebagai konsekwensi dari pendewaan mereka. Semiramis dilahirkan jauh di Ascalon, di Palestina, dan lalu dibawa oleh para imam kafir kepada para gembala di padang belantara. Semasa kanak-kanak, ia melewatkan sebagian besar waktunya seorang diri di atas sebuah gunung. Aku melihat ibunya dan para imam kafir berbelok, dalam ekspedisi berburu mereka, untuk mengunjunginya. Aku melihat juga iblis dalam berbagai rupa bermain bersamanya, seperti Yohanes di padang gurun bersama malaikat-malaikat. Aku melihat dekat Semiramis burung-burung dengan bulu-bulu berwarna cerah. Burung-burung itu membawakan baginya berbagai macam mainan yang ganjil. Aku tak ingat semua yang berhubungan dengannya, tetapi sungguh pemujaan berhala yang paling ngeri. Ia seorang yang cantik jelita, cerdas dan penuh daya pikat; segalanya berhasil dengannya. Dalam ketaatan pada berhala-berhala, ia menjadi isteri salah seorang pemimpin gembala dari Raja Babilonia, dan di kemudian hari ia menikah dengan sang raja sendiri. Raja ini telah menaklukkan sebuah bangsa jauh di utara, dan menyeret sebagian penduduknya ke negerinya sendiri sebagai budak. Beberapa waktu sesudahnya, ketika Semiramis sendiri bertahta, banyak dari mereka ditindas olehnya dan dipaksa bekerja dalam pengerjaan bangunan-bangunannya yang amat besar. Semiramis dipandang sebagai seorang dewi oleh bangsanya.

Ekspedisi-ekspedisi berburu yang dilakukan oleh ibu Semiramis lebih ganas dari yang dilakukan Semiramis. Ibunya berkelana dengan sepasukan kecil bala tentara dengan menunggang unta, keledai yang bergaris-garis, dan kuda. Sekali waktu aku melihat mereka di Arabia dekat Laut Merah, dalam suatu perburuan besar, pada masa ketika Ayub tinggal di kotanya di sana. Para perempuan pemburu itu amat tangkas dan mereka duduk di atas punggung kuda seperti lelaki. Mereka berpakain tertutup hingga ke lutut, di bawahnya kedua kaki dililit tali-temali. Kaki mereka mengenakan sol dengan dua hak tinggi, di atasnya terdapat figur-figur berwarna. Mereka mengenakan jaket pendek yang ketat terbuat dari bulu-bulu halus dari beragam warna dan pola. Sekeliling lengan dan dada terdapat tali-temali berhias bulu-bulu. Pundak ditutup dengan sebuah mantol tanpa lengan, juga dari bulu-bulu, berhiaskan mutiara dan bebatuan yang gemerlap. Di atas kepala, mereka mengenakan semacam topi dari sutera atau wol merah. Pada wajah mereka terjuntai sebuah kerudung yang terbelah dua, masing-masing dapat digunakan sebagai pelindung terhadap angin dan debu. Sehelai mantol pendek melengkapi kostum mereka. Peralatan berburu mereka terdiri dari tombak, busur dan anak panah; di sisi mereka tergantung sebuah perisai. Binatang-binatang buas telah berlipat ganda secara mencengangkan. Para pemburu menghalau mereka dari segala bagian wilayah yang luas dan membantainya. Mereka juga menggali selokan-selokan dan menimbuninya sebagai perangkap. Apabila binatang-binatang buas terperosok ke dalamnya, mereka segera dibantai dengan kapak dan pentung. Aku melihat ibu Semiramis memburu binatang yang digambarkan oleh Ayub sebagai kuda nil, juga harimau, singa, dan lain-lain. Aku tidak melihat kera pada masa-masa awal itu. Aku melihat perburuan serupa di atas air, di mana berhala dan banyak kejijikan biasa dilakukan. Sang ibu secara lahiriah tidak seamoral Semiramis, tetapi ia memiliki sifat iblis dengan kekuatan dan keberanian yang menakjubkan. Betapa sungguh ngeri, menceburkan diri ke dalam laut dalam pertarungannya dengan monster yang kuat itu! (Seekor kuda nil.) Dengan mengendarai seekor unta berpunuk satu, ia mengejar binatang itu, hingga unta dan penunggangnya tercebur ke dalam gelombang-gelombang laut. Ia dihormati sebagai dewi berburu dan penolong umat manusia.

Semiramis sepulang dari Afrika sesudah suatu ekspedisi berburu atau militer, pergi ke Mesir. Kerajaan ini dibangun oleh Mesraim, cucu Ham, yang pada saat kedatangannya mendapati di sana telah ada beberapa suku yang terpencar-pencar dari bangsa-bangsa sekitar yang merosot akhlaknya. Mesir dihuni oleh beberapa bangsa dan diperintah terkadang oleh satu, terkadang oleh yang lain. Ketika Semiramis pergi ke Mesir sudah ada empat kota. Yang tertua adalah Tebes di mana juga tinggal suatu bangsa yang lebih terang kulitnya, lebih ramping dan cekatan daripada yang di kota Memphis, yang penduduknya pendek dan gempal. Kota itu terletak di sisi kiri Sungai Nil, di mana terdapat sebuah jembatan panjang. Di sisi kanan adalah tempat di mana, pada masa Musa, puteri Firaun tinggal. Penduduk yang kulitnya lebih gelap dengan rambut keriting bahkan pada abad-abad pertama itu adalah kaum budak dan mereka tidak pernah memerintah di Mesir. Mereka yang pertama-tama datang ke sana dan membangun Thebes, aku pikir, berasal dari Afrika; yang lain berasal dari atas Laut Merah dan dari mana bangsa Israel masuk. Kota ketiga bernama Chume, di kemudian hari Heliopolis. Kota itu terhampar ke utara di bawah Thebes.

Ketika Maria dan Yosef mengungsi ke Mesir bersama Yesus, aku melihat bangunan-bangunan yang luar biasa besar masih ada di kota ini. Di sebelah bawah Memphis, tak jauh dari laut, terbentang kota Sais. Aku pikir kota ini masih lebih tua dari Memphis. Masing-masing dari keempat kota ini mempunyai rajanya sendiri.

Semiramis amat dihormati di Mesir di mana, dengan tipu muslihat dan ilmu neraka, ia amat berjasa dalam menyebarluaskan pemujaan berhala. Aku melihatnya di Memphis, di mana lazim dipersembahkan kurban manusia, merancang dan mempraktekkan ilmu magis dan perbintangan. Pada masa ini aku tidak melihat sapi jantan Apis, tetapi aku melihat berhala-berhala dengan ekor-ekor dan sebuah kepala seperti matahari. Semiramislah yang di sini merancang piramid pertama, yang dibangun di tepi timur Nil, tak jauh dari Memphis. Seluruh negeri harus mengerahkan tenaga dalam pembangunannya. Ketika pembangunan selesai, aku melihat Semiramis pergi lagi ke sana dengan sekitar duaratus pengikut untuk pentakdisan bangunan. Semiramis dihormati nyaris bagai seorang dewi.

Piramid dibangun di atas permukaan yang berawa; sebagai konsekwensinya suatu pondasi dari pilar-pilar raksasa dibangun untuk itu, yang menyerupai sebuah jembatan yang sangat lebar. Piramid berdiri di atasnya. Orang dapat berjalan-jalan di bawahnya, seolah ke dalam suatu kuil yang sangat besar yang terdiri dari kolom-kolom. Bangunan bawah itu dibagi dalam kamar-kamar, ruang-ruang bawah tanah dan aula-aula luas yang tak terhitung banyaknya. Piramid itu sendiri hingga ke puncaknya juga terdiri dari banyak apartemen, besar dan kecil, dengan lobang-lobang seperti jendela dari mana aku melihat bendera-bendera kain tergantung dan melambai-lambai. Sekeliling piramid terdapat tempat-tempat pemandian dan taman-taman. Bangunan ini merupakan pusat sesungguhnya dari pemujaan berhala, astrologi, ilmu magis dan kejijikan Mesir yang ngeri. Di sini anak-anak dan orang-orang lanjut usia dipersembahkan sebagai kurban. Ahli perbintangan dan ahli nujum tinggal di piramid dan di sana mendapatkan penglihatan-penglihatan dari neraka. Dekat tempat-tempat pemandian terdapat mesin-mesin yang amat besar untuk menjernihkan air Sungai Nil yang berlumpur. Tempat-tempat pemandian itu menjadi saksi atas aib yang paling ngeri dari pemujaan berhala. Aku melihat di kemudian hari kaum perempuan Mesir mempraktekkan kejijikan paling ngeri di dalamnya. Piramid ini tak berdiri lama, tetapi hancur.

Negeri itu sangat tunduk pada takhayul. Para imam kafir ada dalam kegelapan yang begitu hebat dan begitu condong pada kedewaan hingga di Heliopolis, bahkan mimpi penduduk dihimpun, dicatat dan dihubungkan dengan bintang-bintang. Banyak ahli nujum muncul yang, dalam penglihatan-penglihatan neraka mereka, mencampur-adukkan yang benar dan yang sesat. Menurut penglihatan-penglihatan mereka, penyembahan berhala dirumuskan, dan bahkan siklus-siklus waktu dihitung. Aku melihat bahwa berhala-berhala Isis dan Osiris tak lain adalah Yusuf dan Asenet yang kedatangannya ke Mesir telah diramalkan oleh para ahli perbintangan dalam penglihatan-penglihatan neraka mereka. Oleh karena itu mereka memasukkan Yusuf dan Asenet ke dalam agama mereka. Ketika keduanya sungguh datang, mereka dihormati sebagai dewa dan dewi. Aku melihat Asenet menangisi kejijikan yang demikian, dan menulis untuk menentangnya.

Para ilmuwan dari masa sekarang yang menulis mengenai Mesir salah besar. Mereka menerima begitu banyak hal mengenai Mesir sebagai sejarah dan ilmu pengetahuan, yang meski begitu tak memiliki dasar, selain dari astrologi dan penglihatan-penglihatan sesat. Bahwa suatu bangsa dapat tetap sebodoh dan sejahat Mesir merupakan bukti darinya. Tetapi para ilmuwan ini menolak inspirasi dan praktek-praktek neraka yang demikian sebagai mustahil. Mereka menilai Mesir lebih kuno dari yang sebenarnya, sebab pada masa-masa awal itu mereka tampaknya memiliki pengetahuan yang begitu rupa mengenai hal-hal yang rahasia dan sulit dimengerti.

Tetapi aku melihat bahwa bahkan pada waktu kedatangan Semiramis ke Memphis, orang-orang ini, dalam kesombongan mereka telah bermaksud mengacaukan penanggalan mereka. Ambisi mereka adalah mendahului segala bangsa lain dalam hal waktu. Dengan tujuan ini dalam gagasan, mereka menyusun sejumlah penanggalan dan silsilah kerajaan yang rumit. Dengan ini dan perubahan yang berkali-kali dalam perhitungan mereka, urutan dan kronologi yang benar menjadi lenyap. Agar pengacauan ini dapat dicanangkan dengan kuat, mereka mengabadikan setiap kekeliruan dengan prasasti-prasasti dan pendirian bangunan-bangunan besar. Untuk jangka waktu yang lama mereka mereka-reka usia ayah dan anak, seolah tanggal kematian ayah adalah tanggal kelahiran anak. Raja-raja, yang terus-menerus bertikai dengan para imam dalam hal kronologi, menyelipkan di antara leluhur mereka nama-nama orang yang tak pernah ada. Dengan demikian keempat raja dengan nama yang sama yang memerintah secara serempak di Tebes, Heliopolis, Memphis dan Sais, seturut rancangan ini dihitung satu sesudah yang lain. Aku melihat juga bahwa suatu ketika mereka menghitung sembilanratus tujuhpuluh hari menjadi satu tahun, dan lagi, tahun-tahun dihitung sebagai bulan-bulan. Aku melihat seorang imam kafir menyusun suatu daftar kronologis di mana untuk setiap limaratus tahun, dituliskan seribu seratus tahun.

Aku melihat perhitungan sesat para imam kafir pada saat yang sama aku melihat Yesus sedang mengajar pada hari Sabat di Aruma. Yesus berbicara di hadapan kaum Farisi mengenai Panggilan Abraham dan perjalanannya ke Mesir, menyingkapkan kesalahan-kesalahan penanggalan Mesir. Ia mengatakan kepada mereka bahwa dunia sekarang telah berumur 4028 tahun. Ketika aku mendengar Yesus mengatakan ini. Ia Sendiri berumur 31 tahun.

Aku melihat pada masa itu juga, suatu bangsa yang menghormati Set sebagai dewa. Mereka melakukan perjalanan-perjalanan yang jauh dan penuh bahaya ke Arab di mana mereka anggap kuburnya berada. Tampak olehku bahwa keturunan bangsa ini masih ada, dan bahwa bangsa Turki mempersulit mereka lewat secara bebas melalui wilayah Turki dalam ziarah mereka ke makam.

sumber : �The Lowly Life And Bitter Passion Of Our Lord Jesus Christ And His Blessed Mother Together With The Mysteries Of The Old Testament: from the visions of Blessed Anne Catherine Emmerich�

Diperkenankan mengutip / menyebarluaskan artikel di atas dengan mencantumkan: �diterjemahkan oleh YESAYA: yesaya.indocell.net

In Spiritu Domini

Saturday, April 28, 2012

Bagaimana Mendoakan Ibadat Harian?

(Disarikan dari : Institutio Generalis de Liturgia Horarum � Konggregasi Ibadat, Roma 2 Pebruari 1971 � diindonesiakan oleh PWI � Liturgi �Pedoman Ibadat Harian� � Bab V)

1. Selintas Susunan Doa Ibadat Harian

Semua Ibadat Harian, diawali dengan seruan mazmur 69/70: 2 : �Ya Allah bersegeralah menolong Aku�..� � Kecuali dalam Ibadat Pembukaan (bisa Ibadat Bacaan atau Ibadat Pagi) yang diawali dengan seruan : �Ya Tuhan sudilah membuka hatiku � supaya mulutku mewartakan pujianMu.� (Mzm 50/51: 17) � dilanjutkan dengan antiphone dan mazmur pembukaan (biasanya mazmur 94/95).

Selanjutnya dilagukan madah dan pendarasan mazmur. Kemudian diikuti dengan pembacaan Kitab Suci dan disambut dengan sebuah seruan lagu singkat. Komponen-komponen lainnya tergantung kepada masing-masing Ibadat yang dirayakan. Dan dalam tiap ibadat, mazmur diawali dan diakhir dengan sebuah antiphone dan ditutup dengan doxology (kemuliaan).

2. Petugas & Sikap Liturgi dalam Ibadat Harian

- Setiap perayaan umat, sebaiknya dipimpin oleh imam atau diakon dan didampingi para petugas lainnya.
- Imam atau diakon yang memimpin bertugas membuka ofisi dengan ayat pembukaan, memulai Bapa Kami, mengucapkan doa penutup, memberi salam kepada umat, memberi berkat dan membubarkan umat. Semua ini dilakukan di tempat duduknya
- Doa-doa permohonan dapat dilakukan oleh imam atau petugas lain
- Apabila tidak ada imam atau diakon yang memimpin, pemimpin ofisi menduduki tempat pertama, tetapi sejajar dengan hadirin lainnya. Ia tidak memasuki ruang imam, tidak memberi salam dan juga tidak memberkati umat.
- Petugas bacaan membawakan dengan berdiri di tempat yang sesuai
- Semua peserta berdiri saat :
� Pembukaan Ofisi
� Madah
� Kidung dari Injil
� Doa permohonan, Bapa Kami dan doa penutup.
- Semua peserta duduk waktu bacaan-bacaan, kecuali bacaan dari Injil
- Waktu mazmur, kidung dan antifon semua duduk atau berdiri tergantung kebiasaan.

3. Tanda Salib

Dalam Ibadat Harian, tanda Salib tidak dilakukan secara harafiah � dalam arti dengan kata-kata �dalam nama Bapa, dst��. Tanda salib dilakukan bersamaan dengan seruan pembukaan :
- Ibadat Pembuka : �Ya Tuhan sudilah membuka hatiku�..� pada saat bersamaan semua peserta membuat tanda salib kecil di dahi, mulut dan di dada.
- Pembukaan Ibadat Harian yang lain : �Ya Allah bersegeralah menolong aku�.dst� pada saat bersamaan semua peserta membuat tanda salib besar seperti biasanya.
Selain itu tanda salib besar juga dilakukan saat Kidung Zakharia, Kidung Maria dan Kidung Simeon � serta pada saat berkat penutup.

4. Pendarasan Mazmur & Bahasa

- Cara pendarasan mazmur tergantung pada pelbagai pertimbangan, misal dari jenis sastra dan panjangnya mazmur, bahasa yang dipakai, jumlah peserta, dan sebagainya.
- Beberapa pendarasan mazmur :
� Didaraskan bersama-sama seluruh hadirin
� Bergantian antara koor dan umat
� Bersahut-sahutan (responsorial) antara umat atau umat dan petugas
- Pada awal mazmur selalu diucapkan antiphon dan pada akhir mazmur ditambahkan �Kemuliaan�. Seperti�� sebagaimana dianjurkan oleh tradisi. Dengan demikian doa Perjanjian Lama diberi nada pujian dan dihubungkan dengan misteri Kristus dan Tritunggal Maha Kudus.

Setelah pendarasan mazmur sebaiknya antiphon diulangi
- Saat hening diantara bagian-bagian mazmur juga sangat dianjurkan sebagai nada sela menghayati apa yang baru didaraskan.
- Dalam perayaan Ibadat Harian, nyanyian tidak boleh dianggap sebagai hiasan atau tambahan belaka. Nyanyian merupakan luapan hati orang yang berdoa dan memuji Allah serta mewujudkan kebersamaan ibadat Kristen dengan sempurna.
- Dalam upacara liturgi yang dinyanyikan dalam bahasa Latin, nyanyian Gregorian sebagai nyanyian khas liturgi Roma, harus diutamakan, kecuali jika ada pertimbangan lain (SC 116)
- Tidak ada jenis musik suci yang ditolak Gereja untuk upacara liturgi, asal selaras dengan semangat upacara liturgi tersebut dan hakikat masing-masing bagiannya dan tidak menghalangi umat untuk ikut berperan serta secara aktif. (MS9 � lih SC 116)
- Ibadat Harian dapat dirayakan dengan bahasa lokal/setempat, �maka hendaknya diciptakan lagu-lagu untuk nyanyian ofisi dalam bahasa lokal� (MS 41 � lih juga 54-61)
- Tidak ada keberatan bahwa bagian yang satu dinyanyikan dalam bahasa yang berbeda dengan bagian lain (MS 51)

Tradisi-tradisi Lain

Dalam beberapa biara atau komunitas religius terdapat tradisi yang patut pula kita pelihara dan ikuti, misalkan tradisi membungkukkan badan dengan khitmat saat pengucapan Kemuliaan kepada Tritunggal Maha Kudus � dalam mendoakan bait terakhir Madah yang bernada Trinitarian, serta di saat mengucapkan kata �Yesus� (misal dalam antiphone Ratu Surga dalam kompletorium)

Kewajiban Mendoakan Ibadat Harian

Dalam Gereja Katolik, praktek ibadat harian dilakukan oleh para imam, diakon dan komunitas-komunitas religius di dalam Gereja. Meski demikian, Konsili Vatikan II (dan anjuran-anjuran setelahnya) juga sangat mendorong bagi para awam secara pribadi maupun bersama-sama menjalankan doa Gereja ini :
- ��. Dianjurkan agar para awam pun mendaras Ibadat Harian, entah bersama imam, entah antar mereka sendiri, atau bahkan secara perorangan.� (SC100)
- �Menurut asal-usul dan hakikatnya, ibadat harian bukanlah milik khusus para rohaniwan dan rahib saja, melainkan milik umum seluruh umat Kristen� dan atas dasar konstitusi dan peraturan diangkat menjadi �doa resmi Gereja� (Pedoman Ibadat Harian, No.270).

Ibadat Harian bukanlah peninggalan indah masa lalu yang harus dipelihara untuk dikagumi, melainkan gejala hidup umat setempat, penuh daya pembaharuan, pertumbuhan dan kesegaran. Tradisi suci ini perlu kita kembangkan di kalangan hidup rohani umat yang, dewasa ini dibingungkan dengan munculnya aneka devosi atau kegiatan latihan rohani yang relatif baru.

Dalam pelaksanaan ibadat Harian dikalangan umat, yang terpenting ialah jangan sampai perayaan itu menjadi kaku dan dibuat-buat, atau merupakan rutinitas dan formalisme belaka. Jadi harus diusahakan supaya perayaan itu sungguh berarti. Sebab maksud ibadat harian ialah pertama-tama membentuk hati dengan semangat doa Gereja yang asli dan menimba kekuatan serta kenikmatan dari pujian Allah (Mzm 146/147).

Sumber : http://parokisalibsuci.org/

Kisah Hidup dan Sengsara Tuhan Kita Yesus Kristus dan BundaNya Serta Misteri-Misteri Perjanjian Lama

Kisah Hidup dan Sengsara Tuhan Kita Yesus Kristus dan BundaNya Serta Misteri-Misteri Perjanjian Lama (bagian 1)
Meditasi B. Anna Katharina Emmerick mistikus, stigmatis, visionaris (1774 - 1824)

Kronologi
Buku I
Penciptaan :
Bab 1 Jatuhnya Para Malaikat
Bab 2 Penciptaan Bumi
Bab 3 Adam dan Hawa
Bab 4 Pohon Kehidupan dan Pohon Pengetahuan

DOSA DAN KONSEKWENSINYA
Bab 1 Jatuh Dalam Dosa
Bab 2 Janji Akan Penebus
Bab 3 Adam dan Hawa Dihalau dari Firdaus
Bab 4 Keluarga Adam
Bab 5 Kain. Anak-anak Allah. Raksasa-raksasa
Bab 6 Nuh dan Keturunannya. Hom dan Dsemschid, Para Pemimpin Bangsa
Bab 7 Menara Babel
Bab 8 Derketo

Dari Derketo ke Semiramis, aku melihat tiga keturunan perempuan. Derketo adalah seorang perempuan yang tinggi dan berkuasa. Aku melihatnya berpakaian kulit dengan banyak tali melilit dan ekor-ekor binatang bergantungan sekeliling tubuhnya. Di atas kepalanya ia mengenakan sebuah topi terbuat dari bulu-bulu burung. Aku melihatnya bersama serombongan besar pengikut, laki-laki dan perempuan, sekonyong-konyong bergerak maju dari sekitar Babilonia. Ia terus-menerus dalam penglihatan, atau bernubuat, mempersembahkan kurban, mendirikan kota-kota, atau berkelana. Ia dan para pengikutnya menghalau dari hadapan mereka suku-suku yang terpencar bersama kawanan ternak mereka, bernubuat perihal tempat-tempat kediaman yang baik, menyusun batu-batu yang sebagian di antaranya sangat besar, mempersembahkan kurban, dan mempraktekkan segala macam kejijikan. Ia menujukan semua bagi dirinya. Ia terkadang di sini, terkadang di sana. Di mana-mana ia dihormati. Pada masa tuanya ia mempunyai seorang anak perempuan, yang berperan serupa dengan dirinya. Aku melihat penglihatan ini di suatu dataran, dengan mana diartikan asal-mula kejijikan.

Pada akhirnya, aku melihat Derketo sebagai seorang perempuan tua yang mengerikan di sebuah kota dekat laut. Lagi, ia melakukan praktek magisnya dekat pantai. Ia dikuasai ekstasi neraka, dan ia memaklumkan kepada para pengikutnya bahwa ia harus mati bagi mereka, menyerahkan nyawanya bagi mereka. Ia mengatakan bahwa ia tak dapat tinggal lebih lama lagi bersama mereka, tetapi ia akan berubah menjadi seekor ikan dan dengan demikian akan senantiasa ada dekat mereka. Ia memberikan perintah mengenai penyembahan yang ditujukan kepadanya dan, di hadapan orang banyak yang berkumpul, ia menceburkan diri ke dalam laut. Segera seekor ikan muncul di atas gelombang-gelombang laut, dan orang banyak menghormatinya dengan kurban-kurban dan berbagai macam kejijikan. Pemujaan berhala mereka penuh misteri, lambang, dan sebagainya yang berhubungan dengan air. Dengan perantaraan Derketo, muncullah suatu sistem pemujaan berhala sepenuhnya.

Sesudah Derketo, aku melihat seorang perempuan lain, anak perempuan Derketo. Ia tampak di hadapanku di atas sebuah bukit, yang berarti bahwa kedudukannya lebih berkuasa dibandingkan ibunya. Ini masih dalam jaman Nimrod, sebab mereka sebaya. Aku melihat puteri ini mengamalkan hidup yang bahkan lebih ganas dan lebih bengis dibandingkan ibunya. Ia menghabiskan sebagian besar waktunya dengan berburu, dengan disertai banyak pengikut. Ia sering pergi sejauh tiga ratus mil, memburu binatang, mempersembahkan kurban, mempraktekkan sihir, dan bernubuat. Dengan cara ini banyak tempat didirikan dan tempat-tempat pemujaan berhala dibangun. Aku melihat perempuan ini tercebur ke dalam laut ketika sedang bergulat melawan seekor kuda nil.

Aku melihat anak perempuannya, Semiramis, di atas sebuah gunung yang tinggi dikelilingi oleh segala kerajaan dan harta benda duniawi, seolah setan sedang memamerkan semuanya itu kepadanya, memberikannya kepadanya. Aku melihat bahwa Semiramis memberikan sentuhan akhir pada setiap kejijikan bangsa Babilonia.

Pada masa-masa awal, kekuasaan atas yang lain dilakukan dengan lebih damai dan diberikan kepada banyak orang; di kemudian hari yurisdiksi tak terbatas dimiliki oleh individu-individu tunggal. Individu-individu ini kemudian menjadi pemimpin-pemimpin, menjadi dewa-dewa bagi pengikut mereka, dan mereka merumuskan berbagai ragam sistem penyembahan berhala, masing-masing seturut gagasannya sendiri. Mereka juga dapat melakukan hal-hal mengagumkan dalam hal kemampuan, keberanian, dan penemuan, sebab mereka dipenuhi roh kegelapan. Kemudian muncullah suku-suku, para penguasa-sekaligus-imam pertama, kemudian para imam. Aku melihat bahwa pada masa itu, kaum perempuan dari bangsa ini lebih banyak jumlahnya dari kaum lelaki. Mereka semua ada dalam komunikasi batin, terhubung satu sama lain dengan perasaan, pemikiran dan pengaruh. Banyak hal yang diceritakan tentang mereka merupakan kisah tak sempurna dari ungkapan pujian atau keterpesonaan kepada mereka sendiri, asal-muasal mereka, perbuatan-perbuatan mereka yang diceritakan terkadang oleh mereka sendiri, terkadang oleh ahli-ahli nujum mereka. Kaum Yahudi juga mempunyai banyak ilmu-ilmu rahasia di Mesir. Tetapi Musa, penglihat dari Allah, membasminya. Namun demikian, di kalangan para nabi, banyak hal yang demikian ada untuk tujuan pengetahuan. D kemudian hari ilmu-ilmu rahasia ini menjadi praktek-praktek hina dan keji di kalangan suku-suku pengembara, dan masih ada dalam ilmu gaib dan takhayul. Tetapi semuanya berasal dari pohon kekejian yang sama, dari kerajaan kegelapan yang sama. Aku melihat penglihatan-penglihatan akan semua sehubungan dengan praktek-praktek demikian entah tinggi di atas atau sama sekali di bawah bumi. Ada suatu unsurnya dalam magis.

Air secara istimewa dianggap sakral oleh para pemuja berhala awal. Air dipergunakan dalam segala ibadah mereka. Entah pemujaan atau ekstasi, mereka selalu mulai dengan memandang ke dalam air. Mereka mempunyai kolam-kolam yang diperuntukkan bagi tujuan itu. Setelah beberapa waktu, keadaan ekstasi mereka menjadi kebiasaan, dan bahkan tanpa bantuan air, mereka mendapatkan penglihatan-penglihatan jahat mereka. Aku melihat cara dengan mana mereka mendapatkan penglihatan-penglihatan dan itu sungguh ganjil. Seluruh bumi dengan segala yang ada di dalamnya tampaknya sekali lagi berada di bawah air, tetapi terselubung seolah dalam suatu lingkup yang gelap. Pohon berdiri di bawah pohon, gunung di bawah gunung, air di bawah air. Aku melihat bahwa para ahli nujum itu melihat semua yang sedang terjadi: peperangan, bangsa-bangsa, mara bahaya, dan sebagainya, sama seperti yang dilakukan pada masa sekarang, hanya dengan perbedaan ini, bahwa para ahli nujum menerapkan apa yang mereka lihat, mengambil manfaat dari apa yang mereka lihat. Di sini ada suatu bangsa yang perlu ditaklukkan, di sini yang perlu diserang secara tiba-tiba, di sana ada sebuah kota yang perlu dibangun, di sini ada para lelaki dan perempuan termasyhur, dan ada rancangan dengan mana mereka dapat diperdaya; segala hal dari pemujaan berhala mereka terlihat sebelum dipraktekkan oleh kaum perempuan. Derketo melihat dalam penglihatan bahwa ia harus menceburkan diri ke dalam lautan dan berubah menjadi seekor ikan, dan apa yang dilihatnya, tanpa ragu dilaksanakannya. Bahkan kekejian-kekejian yang dipraktekkan dalam pemujaan mereka, semuanya tercermin dalam air sebelum mereka melaksanakannya.

Pada masa di mana puteri Derketo hidup, bendungan-bendungan dan jalan-jalan mulai dibangun. Ia menyerbu Mesir itu sendiri. Seluruh hidupnya merupakan serangkaian ekspedisi berpindah dan berburu. Para pengikutnya termasuk dalam suku yang menjarah Ayub di Arabia. Pemujaan berhala oleh para pengikut Derketo menjadi sistematis pertama-tama di Mesir. Di sini berlaku bahwa, sementara si ahli nujum duduk dalam kuil-kuil dan dalam kamar-kamar di atas tempat-tempat duduk yang aneh, di hadapan beragam macam cermin, penglihatan-penglihatan mereka dikomunikasikan sementara mereka melihatnya, dimaklumkan oleh para imam kepada ratusan orang yang menggoreskannya di atas dinding-dinding gua batu.

Aneh bahwa aku melihat segenap pimpinan alat kegelapan yang menjijikkan selalu dalam persatuan bawah sadar satu sama lain! Aku melihat tindakan-tindakan dan hal-hal yang serupa tejadi di tempat-tempat yang berbeda di kalangan para alat iblis yang serupa. Satu-satunya perbedaan di antara mereka adalah yang muncul dari perbedaan tata cara dan kebiasaan di antara bangsa-bangsa dan perbedaan tingkat kemerosotan ke mana mereka telah jatuh. Sebagian belum terperosok begitu jauh dalam kejijikan-kejijikan ini, dan tidak begitu jauh menyimpang dari kebenaran; mereka, misalnya, dari mana keluarga Abraham dan suku-suku Ayub dan Tiga Raja berasal, juga para pemuja bintang dari Kasdim, dan mereka yang mempunyai Bintang Cemerlang (Zoroaster).

Ketika Yesus Kristus datang ke dunia, ketika bumi digenangi oleh Darah-Nya, pengaruh dahsyat dari praktek-praktek yang demikian sangat berkurang, dan sihir kehilangan sebagian besar kuasanya. Musa adalah seorang penglihat sejak dari bayi, tetapi ia di jalan Allah dan ia selalu mengamalkan apa yang ia lihat.

Derketo, puterinya, dan cucunya - Semiramis - hidup hingga amat lanjut usia menurut lazimnya usia pada masa itu. Mereka tinggi, gagah, kuat begitu rupa hingga nyaris menakutkan kita pada masa sekarang. Mereka luar biasa gagah berani, ganas, tak tahu malu, dan mereka melakukan dengan kepastian yang mencengangkan apapun yang telah diperlihatkan si jahat kepada mereka dalam penglihatan. Mereka berpikir akan kuasa mereka sendiri, mereka mendewakan diri mereka sendiri; mereka serupa dengan ahli-ahli sihir keji di gunung tinggi yang lenyap pada masa Air Bah.

Sungguh menyentuh hati melihat bagaimana para Patriark yang kudus, meski mereka mendapat wahyu dari Allah, namun demikian harus menderita dan bergulat tak kunjung henti demi membersihkan kejijikan yang mengelilingi mereka. Dan lagi, mengharukan ingat betapa rahasia, betapa menyakitkan jalan keselamatan pada akhirnya datang ke atas bumi, ketika semua berjalan baik dengan pemujaan berhala, ketika semua tunduk pada kepentingannya.

Ketika aku melihat semua ini, pengaruh dahsyat yang ditimbulkan oleh dewi-dewi itu dan pemujaan besar yang mereka terima dari segenap penjuru bumi dan di lain pihak, ketika aku merenungkan kelompok kecil Maria yang gambar simbolisnya tampak dalam awan Elia, para filsuf Cyprus berupaya menggandakan kejijikan dusta mereka; ketika aku melihat Yesus, Kegenapan dari segala janji, papa dan sabar, berdiri di hadapan mereka untuk mengajar dan sesudahnya pergi untuk menyongsong Salib-Nya - ah, itu membuatku berduka tak terkira! Tetapi bagaimanapun, inilah sejarah kebenaran dan terang yang bercahaya dalam kegelapan, dan kegelapan tidak menguasainya. Dan demikianlah berlangsung dan masih berlangsung, cerita lama yang sama bahkan ke jaman kita sekarang.

Akan tetapi kerahiman Allah sungguh tak terhingga. Aku melihat bahwa pada masa Air Bah, banyak, sungguh amat banyak sekali yang diselamatkan dari hukuman abadi. Ngeri dan duka mempertobatkan mereka kepada Allah. Mereka masuk ke Purgatorium, dan Yesus membebaskan mereka pada saat Ia turun ke tempat penantian.

Banyak pepohonan yang lolos dari tercabut oleh Air Bah. Aku melihat pohon-pohon itu bertumbuh subur kembali, tetapi sebagian besar darinya berlumuran lumpur.

sumber : �The Lowly Life And Bitter Passion Of Our Lord Jesus Christ And His Blessed Mother Together With The Mysteries Of The Old Testament: from the visions of Blessed Anne Catherine Emmerich�

Diperkenankan mengutip / menyebarluaskan artikel di atas dengan mencantumkan: �diterjemahkan oleh YESAYA: yesaya.indocell.net
In Spiritu Domini

Thursday, April 26, 2012

Spiritualitas Ibadat Harian

Kita telah melihat sejarah Ibadat Harian, berdoa dalam irama waktu tertentu. Dan kini kita mencoba merangkum nilai spiritualitas Ibadat Harian tersebut :

Doa Ibadat Harian adalah Doa Penyucian Waktu.
Secara harfiah Ibadat harian berarti ibadat Waktu, ibadat menurut irama waktu. Maksudnya ialah agar pada saat-saat tertentu � pagi, siang, sore, sebelum tidur � si pendoa mempersatukan diri dengan Kristus, Sang Pendoa, dalam ibadat pujian dan permohonan. Berdasarkan tradisi kristiani yang telah beradab-abad umurnya, Ibadat Harian disusun sedemikian rupa, sehingga seluruh waktu dan malam disucikan dengan pujian kepada Allah (SC 84). Waktu adalah milik Allah yang dianugerahkan kepada manusia. Di dalam waktu manusia ada, dan berkarya. Dalam waktu kita bergumul, bergulat antara kebaikan dan kejahatan. Waktu yang dianugerahkan Allah kerap tercemari oleh dosa-dosa kita, silih dan pemulihan perlu dilakukan sembari memohon kekuatan Tuhan untuk menhidupi waktu.

Sebagaimana telah kita lihat, jejak doa penyucian waktu ini sangat menonjol baik dalam Perjanjian Lama (bdk mzm 5, 88, 119, Kel 29:38-39, dll) � maupun dalam Perjanjian Baru (bdk Kis10:3, 9; 16:25, etc; Kis 10:9-49 ; Kis 4:23-30) sebagai penerusan tradisi Judaime yang �dikristenkan� oleh Jemaat Perdana. (Bdk 1 Tes 1:2; Kol 3:16-17; Ef 5:18-20; Flp 2:6-11). Jadi bukan �rekayasa� Gereja Katolik.

Nasehat Kristus agar kita selalu berdoa tanpa kendur (Luk 18:1) ditanggapi Gereja dengan setia melalui perayaan Ekaristi sebagai puncak doanya dan dalam ibadat-ibadat bersama serta devosi-devosi yang dipanjatkan oleh seluruh umat beriman. Dan terlebih dalam Doa Ibadat Harian � yang di antara upacara-upacara liturgi lainnya, menurut tradisi Kristen � mempunyai kekhususan untuk menyucikan seluruh lingkaran hari dan malam (SC 83-84).

Dengan demikian seluruh karya umat beriman disucikan oleh dan bagi Allah melalui Ibadat Harian :

�Pendarasan Ibadat Harian, sedapat mungkin hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan hidup dan doa pribadi sehingga seperti yang diberikan dalam Instruksi Umum, ritme dan melodi hendaknya digunakan, dan bentuk-bentuk perayaan supaya dipilih yang lebih sesuai dengan kebutuhan rohani dari mereka yang mendoakannya. Jika doa Ofisi ilahi menjadi doa yang sungguh-sungguh bersifat pribadi maka hubungan antara liturgi dan seluruh hidup kristiani menjadi lebih jelas. Seluruh hidup orang beriman, dari saat ke saat, siang maupun malam, menjadi semacam leitourgia atau kebaktian umum, dalam mana kaum beriman menyerahkan diri untuk pelayanan kasih kepada Allah dan sesama, dengan menyatukan diri mereka pada tindakan Kristus, yang melalui hidup-Nya dan pengorbanan diri-Nya menguduskan hidup seluruh umat manusia� (Bina Liturgia 2F : Konstitusi Apostolik "Madah Pujian" dan Pedoman Ibadat Harian)

Ibadat Harian Sebagai Doa Kristus : Kristus Berdoa Kepada Bapa

Yesus Kristus, Sang Sabda yang menjelma mengambil kodrat manusia, datang ke dunia sebagai imam perjanjian baru dan kekal. Dalam hati Kristus, pujian kepada Allah menggema dan terungkap dalam bahasa manusia sebagai sembah sujud, pemulihan dan doa permohonan atas nama dan demi kepentingan semua orang.

Injil suci kerap kali mengisahkan Yesus sedang berdoa : tatkala perutusanNya diumumkan oleh Bapa (Luk 3:21-22), sebelum Dia memanggil para rasul (Luk 6:12), tatkala membagi-bagikan roti (Mat 4: 19, 15:36, dll), saat penampakkan diriNya di atas gunung (Luk 9:28-29), ketika menyembuhkan orang bisu tuli (Mrk 7:34), saat menghidupkan kembali Lazarus (Yoh 11:41,dst), sebelum menerima pengakuan Petrus (Luk 9:18), ia mengajar para murid berdoa (Luk 11:1), ketika para murid kembali dari tugas mereka (Mat 11:25), ketika memberkati anak-anak (Mat 19:13), Ia berdoa untuk Petrus (Luk 22:32).

Hidup Yesus sehari-hari selalu berhubungan erat dengan doa � bahkan mengalir daripadanya: Ia pergi ke padang gurun atau menyendiri di atas gunung untuk berdoa (Mrk 1:35, Luk 5:16 lih Mat 4:1, Mat 14:23), ketika Ia bangun pagi-pagi benar (Mrk 1:35) atau berjaga sampai larut malam (Mat 14:23.25 ; Mrk 6:46,dst). Yesus pun menghargai �kebiasaan� (baca: tradisi) doa bersama di rumah ibadat pada hari Sabat (Luk 4:16) dan juga di kenisah yang disebutNya sebagai rumah doa (Mat 21:13). Dan tentunya, Ia juga melakukan doa-doa pribadi setiap hari menurut kebiasaan orang Israel : pada perjamuan makan (Mat 14:19 ; 15:36), pada perjamuan terakhir (Mat 26:26) pada perjamuan di Emaus (Luk 24:30) � begitu pun dia mengucapkan madah bersama para murid (Mat 26:30). Bahkan hingga akhir hidupNya, ketika sengsara mendekat (Yoh 12:27,dst), saat sakratul maut (mat 26:36-44), ketika meregang nyawa di kayu salib (Luk 23:34-36 ; Mat 27:46; Mrk 15:34) � Ia tetap berdoa.

Yesus menunjukkan bahwa doa menjiwai seluruh tugas pelayananNya sebagai Almasih sampai wafat dan kebangkitanNya. Dan kemudian setelah bangkit dari alam maut, Ia hidup dan berdoa untuk kita selamanya (Ibr 7:25).

Ibadat Harian Sebagai Doa Gereja : Gereja Melanjutkan Doa Kristus dalam Roh Kudus

Doa yang dipanjatkan Yesus tersebut dilanjutkan oleh Gereja dalam Roh Kudus, Roh Kristus sendiri. Dalam Ibadat harian, Gereja melaksanakan tugas imamat Kristus dan tak henti-hentinya menyampaikan kepada Allah kurban pujian, yaitu ucapan mulut untuk kemuliaan nama Allah (Ibr 13:15). Doa Ibadat Harian merupakan �suara mempelai, yang berbicara dengan pengantinnya�, bahkan merupakan doa Kristus bersama tubuhNya kepada Bapa (SC 84). Jadi semua orang yang merayakan Ibadat Harian, melaksanakan tugas Gereja dan sekaligus mengambil bagian dalam kehormatan mempelai Kristus, sebab dalam memuji Allah, mereka berdiri di depan tahta Allah atas nama ibu Gereja. (SC 71).

Dengan menyampaikan pujian kepada Allah dalam Ibadat Harian, Gereja menggabungkan diri pada pujian yang dinyanyikan di surga sepanjang masa (SC 83). Dan sekaligus Gereja sudah menikmati pujian surgawi yang dilukiskan dalam Kitab Wahyu, yang dengan tak henti-hentinya menggema di depan tahta Allah dan Anak Domba. Dengan berdoa, hubungan kita dengan Gereja Surgawi menjadi nyata, yaitu apabila �kita bersama-sama melagukan pujian Allah yang mahaagung dengan gembira, dan apabila kita semua dari segala suku, bahasa dan bangsa, yang telah ditebus dalam darah Kristus (Lih. WHY 5:9) dan dihimpunkan dalam satu Gereja, Memuliakan Allah Tritunggal dengan satu lagu pujian� (LG 50; bdk. SC 8 dan 104).

Gereja mengantar manusia kepada Kristus, bukan hanya dengan cinta kasih, teladan dan karya tobat, melainkan juga dengan doanya (lih. PO 6). Dengan demikian cara hidup Gereja mengungkapkan dan memaklumkan kepada orang-orang lain �misteri Kristus dan hakikat Gereja yang sebenarnya, yaitu sebagai Gereja yang tampak namun penuh dengan anugerah yang tak tampak, yang sangat aktif namun juga kontemplatif, yang berada di tengah-tengah dunia namun juga dalam perjalanan�. (SC 2). Dan semua doa serta permohonan yang haturkan ini bukan hanya seruan Gereja, melainkan juga suara Kristus, sebab doa-doa itu diucapkan atas Nama Kristus, yaitu �demi Yesus Kristus, Tuhan dan Pengantara kita�.

Ibadah harian disusun sedemikian rupa sehingga seluruh kurun hari dan malam disucikan dengan pujian kepada Allah, kegiatan ini dilaksanakan oleh para Imam, orang lain yang atas ketetapan gereja maupun umat beriman (bdk SC 84). Maka dari itu, semua yang mendoakan Ibadah Harian menunaikan tugas gereja, dan ikut serta dalam kehormatan tertinggi mempelai Kristus. Sebab seraya melambungkan pujian kepada Allah mereka berdiri di hadapan tahta Allah atas nama Bunda Gereja (SC 85).

Kecuali itu sebagai doa resmi Gereja, Ibadah Harian menjadi sumber kesalehan dan membekali doa pribadi. Oleh karena itu para imam dan semua orang lain yang ikut mendaras Ibadat Harian diminta dalam Tuhan, supaya dalam melaksanakannya hati mereka berpadu dengan apa yang mereka ucapkan. Supaya itu tercapai dengan lebih baik, hendaknya mereka mengusahakan pembinaan yang lebih mendalam tentang Liturgi dan Kitab Suci, terutama mazmur-mazmur (SC 90).

Dengan memanjatkan ibadah harian kita menunjukkan wajah Gereja yang berdoa. Doa-doa dalam ibadah harian adalah doa-doa yang diinspirasikan dari Roh Kudus, karena berasal dari teks kitab suci, khususnya Mazmur Daud.

Ibadah Harian merupakan suatu tugas kehormatan, dimana kita [saya dan anda] bersama-sama dengan seluruh Gereja memanjatkan doa di hadapan Tahta Allah (bdk SC 85).

Ibadat Harian adalah Doa Alkitabiah : Berdoa dengan Kitab Suci.

Doa Ibadat Harian merupakan doa yang bersumber dari Kitab Suci (Biblis � alkitabiah) � bahkan bisa dikatakan doa Ibadat Harian adalah berdoa dengan Kitab Suci. �Orang-orang yang melaksanakan Ibadat Harian memperoleh kesucian yang berlimpah dari liturgi itu berkat daya Sabda Allah yang menduduki tempat utama di dalamnya. Sebab bacaan-bacaan dikutip dari Kitab Suci, Sabda Allah yang tertera dalam mazmur-mazmur dinyanyikan di hadapan Allah, dan berkat ilham dan dorongan allah, doa-doa lainnya serta madah-madah diluapkan� (SC 24).

Sumber : http://parokisalibsuci.org/

�Ledakan� pertumbuhan umat Katolik Korea mungkin yang tercepat di dunia


Mungkin tidak ada negara lain di dunia yang selama setengah abad terakhir umat Katolik telah menunjukkan pertumbuhan yang signifikan seperti Korea Selatan.

Dari tahun 1960 hingga tahun 2010, jumlah penduduk Korea Selatan dari 23 juta menjadi 48 juta. Jumlah orang Kristen dari 2 persen mencapai 30 persen, sekitar 10-11 persen (5,5 juta) adalah Katolik. Jumlah imam dari 250 orang mencapai 5.000 orang saat ini.

Di negara itu banyak orang dikonversi, dan masih terjadi hingga hari ini. Setiap paroki sekitar 200-400 orang dibaptis setiap tahun. Sebagian besar adalah penduduk kota. Setiap tahun sekitar 130-150 imam baru ditahbiskan.

Tahun 2008, proporsi umat Katolik melebihi 10 persen penduduk Korea Selatan, dan bertumbuh sekitar 3 persen setiap tahun. Tahun 2009, jumlah orang yang dibaptis mencapai 157.000, dan 149 imam ditahbiskan, lebih dari dua pertiga dari para imam berada di bawah usia 40.

�Selama sepuluh tahun terakhir, Gereja Katolik di Korea Selatan telah mencapai 3-5 juta umat Katolik. Di Seoul kami memiliki 14 persen,� kata Kardinal Nicholas Cheong Jin-suk, Uskup Agung Seoul, dalam sebuah wawancara.

Gereja Katolik di Korea Selatan adalah salah satu negara yang mengalami pertumbuhan paling cepat di Asia.


In Spiritu Domini

Mari ber-Ekaristi dengan baik dan benar

----- Agar diperhatikan:


1. Masuk ke Gereja membuat tanda salib. Jangan terburu-buru, tetapi hayatilah dan syukurilah bahwa karena rahmat Baptis anda bisa bergabung ke dalam persekutuan Gereja. Jangan membiasakan memberi air suci pada orang lain dengan mengulurkan jari anda. Ketika anda dibaptis anda dipanggil dengan nama pribadi anda, berarti sangat personal, maka tanda salib jangan dibuat dengan asal-asalan

2. Perayaan Ekaristi/ Misa Kudus adalah rangkaian doa. Maka tanda salib hanya dilakukan pada AWAL dan AKHIR MISA KUDUS saja yaitu ketika imam memulai dan mengakhiri misa. Jangan buat tanda salib banyak-banyak. Tanda Salib di sini menunjuk pada tanda salib biasa dan bukan penandaan dahi, bibir, dan dada dengan salib yang tetap harus dilakukan saat bacaan Injil.

3. Ketika doa pembuka, sampaikanlah ujud pribadi anda dalam hati, singkat saja sambil mengaminkan doa yang dibawakan imam. Tuhan sudah tahu masalah anda jadi tidak perlu bertele-tele. Pada zaman dahulu, kesempatan ini diisi dengan doa spontan oleh umat yang hadir, yang akhirnya ditutup oleh imam.(Kesempatan lain yang bisa dilakukan untuk menyampaikan ujud pribadi adalah ketika doa umat, pada waktu yang disediakan).

4. Tanda salib yang dibuat sebaiknya tanda salib besar, yaitu dengan menyentuh pusar (sebagai lambang inkarnasi Kristus). Tidak membuat tanda salib ketika imam memberi absolusi umum ("...semoga Alah mengasihani kita...dst.."), karena yang kita ikuti adalah Misa Kudus bukan Sakramen Tobat. Tidak salah membuat tanda salib dengan menyentuh dada ketika berkata "Putra".

5. Berlutut sebelum duduk, jangan asal-asalan, jangan hanya membungkuk, kecuali terpaksa. Yang ada di depan anda adalah Kristus sebenar-benarnya dalam rupa Hosti di Tabernakel. Ingatlah sejenak juga akan inkarnasi Kristus. Hosti dalam Tabernakel, bisa diasosiasikan dengan Kristus dalam rahim Maria. TENTANG PAKAIAN YANG PANTAS untuk menghadap Pencipta anda sendiri yang ada secara fisik di hadapan anda, anda pasti bisa memilihnya bukan?
SEBERAPA SOPAN ANDA BERPAKAIAN MENCERMINKAN SEBERAPA TINGGI PENGHORMATAN ANDA AKAN KRISTUS DALAM TABERNAKEL 


6. Nyanyikanlah Tuhan Kasihanilah kami dan Kemuliaan dengan penuh hormat. Harap diingat bahwa Kemuliaan adalah kidung malaikat di padang Efrata ketika kelahiran Kristus. Jadi, mohon dinyanyikan dengan penuh sukacita dan hormat

7. Bacaan kitab suci yang dibacakan dari ambo (mimbar) adalah waktu Allah berbicara dan kita mendengarkan, yaitu menyimak dengan penuh perhatian. Jika paroki anda menyediakan teks misa, anda lebih baik membaca kutipan bacaan sebelum misa dimulai. TATAP lektor/imamnya karena Allah sedang berbicara pada anda.Komunikasi yang baik dalam percakapan adalah SALING MENATAP bukan? PEMBACAAN INJIL -dan bukannya homili - adalah PUNCAK LITURGI SABDA. Harap diingat, suara yang anda dengar adalah Suara Kristus sendiri karena imam bertindak IN PERSONA CHRISTI (mewakili Kristus sepenuh-penuhnya)

8. Mohon menyanyikan KUDUS dengan sepenuh hati, dengan keagungan, jangan asal-asalan. Dikarenakan bahwa ketika menyanyikan/mengucapkan KUDUS kita bergabung dengan seluruh penghuni surga yang memuji Allah tak henti.

9. Ketika konsekrasi (Inilah TubuhKU, Inilah DarahKu atau ketika Hosti diangkat dan Piala diangkat) anda boleh mengangkat kedua tangan yang terkatup seperti ritus ibadat di pura Hindu, NAMUN SEBENARNYA berlutut sudah merupakan ungkapan PENYEMBAHAN. Yang terpenting ketika konsekrasi adalah anda harus menatapNya. Harap diingat, Suara yang anda dengar (Inilah TubuhKU, Inilah darahKU, adalah Suara Kristus sendiri. Lagi, hal ini dikarenakan Imam bertindak IN PERSONA CHRISTI. Jadi? Tataplah Hosti dan Piala itu dengan penuh hormat, yakinkan pada diri anda kalau itu adalah Kristus sendiri, bukannya sibuk dengan permohonan dalam hati.

10. Ketika imam mengucapkan/menyanyikan : "Dengan perantaraan Kristus, bersama dia, dan dalam Dia...dst..." IKUTILAH DALAM HATI. TATAPLAH HOSTI DAN PIALA YANG DIANGKAT. Ketika "AMIN" dinyanyikan (dalam bahasa inggris disebut THE GREAT AMEN"). Mohon dinyanyikan dengan sepenuh hati, dengan suara terindah yang anda miliki. Dikarenakan bahwa THE GREAT AMEN ini adalah PUNCAK LITURGI EKARISTI.

11. Jangan menadahkan tangan seperti imam, pada waktu berdoa atau menyanyikan Bapa Kami. Dikarenakan imam sedang berdoa atas nama Gereja atau IN PERSONA ECCLESIA. Sikap yang benar adalah mengatupkan tangan, tanda berdoa. Hayatilah doa Bapa Kami. Sadarilah bahwa "rezeki" yang anda minta itu terutama adalah "Roti Hidup" dalam Ekaristi. (dalam bahasa aslinya (Aram), doa Bapa Kami menggunakan kata "roti" bukan rezeki. Pun,dalam bahasa latin digunakan kata "PANEM" yang berarti roti.)

12. TIDAK MENGUCAPKAN DOA PRESIDENSIAL (yang boleh diucapkan oleh imam saja) doa: "..jangan perhitungkan dosa kami tetapi perhatikanlah iman GerejaMu" Jika Imam mengucapkan "marilah kita mohon damai Tuhan" dsb sebelum doa ini, bukan berarti kita harus ikut mengucapkan doa ini. Ucapkan dalam hati saja KEMUDIAN DIAMINKAN DENGAN IMAN.

13. Ketika menerima komuni, TATAPLAH terlebih dahulu hosti yang diangkat sebelum ditaruh di tangan anda. AMIN HARUS DIUCAPKAN DENGAN PENUH IMAN.

14. Tidak perlu ikut menghormat ketika imam menghormati Tabernakel dan altar (juga pada waktu awal misa). Tidak masalah jika anda tetap melakukannya karena merupakan kebiasaaan yang saleh. Namun kalau anda menghadiri misa di luar negeri, jangan kaget kalau di negara tertentu praktik ini tidak dilakukan.

15. Tanda salib pada saat keluar Gereja, sebenarnya tidak perlu dilakukan. Tanda salib sebelum anda masuk sebenarnya kurang lebih berfungsi seperti wudhu, yaitu untuk menyucikan (dan mengingatkan akan Baptis). Ketika anda selesai misa, Kristus yang Maha Suci sudah masuk dalam tubuh anda, tidak diperlukan lagi sarana penyucian lain. Namun demikian, tidak ada salahnya kalau dilakukan, asal jangan karena latah, namun harus disertai kesadaran iman, bahwa anda kini diutus untuk mewartakan karya salib Kristus lewat perkataan dan perbuatan.

Anda harus menjadi contoh bagi orang lain. Jangan takut untuk mensosialisasikan hal-hal di atas pada siapa saja yang menghadiri misa bersama anda.

Tambahan :
Info ini BUKAN TPE BARU. TPE yang berlaku tetap TPE 2005. Info ini hanya merupakan hasil olahan setelah penulis mengikuti rekoleksi liturgi di salah satu paroki di KAJ oleh komisi liturgi KWI yang pastinya juga berdasarkan TPE 2005. Coba perhatikan dengan seksama bahwa sama sekali tidak ada yang berubah. Yang ditulis di atas lebih ke arah praktikal, terutama bagaimana sebenarnya menghayati apa yang kita lakukan atau katakan atau nyanyikan setiap kali kita menghadiri Misa.

Sampaikan dengan sopan pada saudara dari persekutuan gerejawi lain (Protestan) agar mereka tidak ikut mengambil komuni, namun boleh menerima berkat seperti katekumen yaitu dengan menyilangkan tangan di depan dada, sehingga yang memberikan komuni tahu bahwa dia bukanlah seorang katolik. Walaupun mereka tergabung dalam semacam persekutuan dengan Gereja Katolik berkat Sakramen Baptis, namun komuni hanya diperuntukkan bagi mereka yg berada dalam persekutuan penuh dengan Uskup Roma (Paus sebagai penerus Petrus), dengan kata lain komuni hanya eksklusif untuk umat Katolik.

Tambahan bagi perempuan katolik: Jangan merasa terhalang menerima komuni jika anda sedang mengalami datang bulan. Tuhan Yesus tidak mempermasalahkan sesuatu yg manusiawi. Konsep terhalang karena datang bulan hanya ada di tetangga seberang.

Salam damai selalu


Negara larang jemaat HKBP Filadefia beribadah

Negara dan sekelompok masyarakat melarang jemaah Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) melakukan kegiatan ibadah dan pembangunan rumah ibadah di Tambun, Bekasi, Jawa Barat.

Koordinator Tim Advokasi HKBP Filadelfia, Thomas E Tampubolon dalam rilis yang diterima SP di Jakarta, Selasa (24/4), mengatakan, hambatan kegiatan ibadah dan pembangunan/pendirian rumah ibadah Jemaat HKBP Filadelfia, Tambun, Bekasi, masih terjadi sampai saat ini.

Hambatan ini sudah terjadi tahun 2000, sejak komunitas Jemaat HKBP Filadelfia dibentuk/didirikan di Tambun, Bekasi. Hambatan ini bukan hanya dari sekelompok masyarakat tertentu, tetapi juga dari negara, baik aparat pemerintah dan aparat kepolisian.

�Satu hal yang sangat sulit secara logika hukum, ketika pengadilan memenangkan gugatan HKBP Filadelfia, tetapi dalam kenyataannya HKBP Filadelfia tidak bisa juga mendirikan rumah ibadah, dan juga tidak bisa melaksanakan kegiatan ibadah Minggu di Desa Jejalen Jaya, Kecamatan Tambun Utara, Kabupaten Bekasi,� katanya, seperti dilansir suarapembaruan.com.

Padahal, katanya, jelas-jelas dalam Putusan Pengadilan Tata Usaha Negara Bandung (PTUN) Bandung Nomor: 42/G/2010/PTUN-BDG, tertanggal 02 September 2010, dan putusan Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara (PT.TUN) Jakarta Nomor: 255/B/2010/PT.TUN.JKT, tertanggal 30 Maret 2011 menyakan batal Surat Keputusan (SK) Bupati Bekasi No: 300/675/Kesbangponlinmas/09, tertanggal 31 Desember 2009.

SK Bupati itu tentang Penghentian Kegiatan Pembangunan dan Kegiatan Ibadah, gereja HKBP Filadelfia, di RT 01 RW 09 Dusun III, Desa Jejalen Jaya, Kecamatan Tambun Utara, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat.

Atas keputusan pengadilan, bupati Bekasi harus mencabut SK tersebut, dan memerintahkan Bupati Kabupaten Bekasi untuk memberikan izin untuk mendirikan rumah ibadah bagi HKBP Filadelfia sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

�Putusan pengadilan tersebut telah final, tidak bisa lagi diajukan kasasi, dengan demikian putusan pengadilan telah mengikat dan berkekuatan hukum tetap,� katanya.

Sementara itu, Sekretaris Eksekutif Bidang Diakonia PGI, Jeirry Sumampow mengatakan, pemerintah harus memberikan izin mendirikan rumah ibadah bagi Jemaat HKBP Filadelfia sebagaimana diperintahkan pengadilan.

Negara juga harus memberikan perlindungan hukum dan jaminan kemanan bagi Jemaat HKBP Filadelfia untuk dapat melaksanakan kegiatan ibadah setiap hari Minggu.

Pemerintah juga harus menindak tegas dan melakukan proses hukum sesuai hukum yang berlaku bagi pihak-pihak yang melakukan pelarangan kegiatan ibadah Jemaat HKBP Filadelfia, dan ancaman Pembunuhan terhadap Pdt. Palti Panjaitan, pemimpin Jemaat HKBP Filadelfia.

PBNU: Negara non-Muslim lebih hormati TKI

Nahdlatul Ulama (NU), sebuah organisasi Islam terbesar pertama di Indonesia, menilai ironis bahwa tenaga kerja Indonesia (TKI) justru mendapat perlakuan lebih terhormat di negara non-Muslim dibanding di negara mayoritas Muslim.

�Dengan prihatin saya katakan, di negara non-Muslim, misalnya Taiwan dan Hong Kong, TKI justru diperlakukan lebih terhormat daripada di negara Muslim, seperti Arab Saudi dan Malaysia,� kata Ketua Umum Pengurus Besar NU (PBNU) Kiai Haji Said Aqil Siroj di Jakarta, Selasa (24/4), seperti dilansir kompas.com.

Said Aqil mengemukakan hal itu menanggapi penembakan tiga TKI oleh polisi Malaysia pada bulan lalu, dan kini bahkan beredar rumor terjadi penjualan organ tubuh ketiga korban tersebut.

�Penembakan TKI oleh polisi Malaysia sudah berulang kali terjadi. Itu tindakan biadab yang tentu kita sayangkan,� kata Said Aqil.

Ia mengatakan, jika ada pelanggaran hukum yang dilakukan TKI, tentu penanganannya tidak harus serta-merta dengan penembakan, terlebih penembakan yang mematikan.

�Kalau polisinya main tembak, negara apa itu? Kita minta Pemerintah Malaysia menindak tegas polisinya yang bertindak main tembak demi martabat bangsa itu sendiri,� kata Said Aqil.

Kendati demikian, PBNU juga berharap ada upaya yang sungguh-sungguh dari Pemerintah Indonesia untuk melindungi warga negaranya yang bekerja di luar negeri. Pasalnya, Said Aqil melanjutkan, persoalan TKI tidak sekadar persoalan devisa, tetapi juga terkait martabat bangsa.

Seperti diberitakan, Polisi Diraja Malaysia memberondong tiga TKI asal Pancor Kopong, Pringgasela Selatan, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat, yang diduga hendak melakukan penyerangan saat akan ditangkap pada tanggal 25 Maret 2012 di kawasan Port Dickson, Malaysia.

Akibatnya, tiga TKI tersebut, Herman (34), Abdul Kadir Jaelani (25), dan Mad Nur (28), meninggal dunia secara mengenaskan di tempat kejadian.

Terkait peristiwa itu, Kepala Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia Moh Jumhur Hidayat menyampaikan protes keras.

Garin: Film �Soegija� bukan dogma agama

Kendati film bertajuk Soegija mengangkat sosok kenamaan dari Gereja Katolik, Mgr Albertus Soegijapranata SJ, Garin Nugroho selaku sutradaranya menjelaskan bahwa film ini lebih menekankan perjuangan serta sikap humanisme tokoh tersebut.

�Film ini bukan dogma, lebih pada kepemimpinan di tengah masa perang dan bagaimana seorang. Uskup sekaligus seorang warga negara mengelola cita-cita berbangsa itu,� kata sutradara senior tersebut saat ditemui SH di sela-sela �Dialog Film Soegija� di gedung KWI, Jakarta, belum lama ini.

Soegija merupakan film drama epik sejarah berformat film perjuangan dengan mengutip cerita dari catatan harian tokoh Pahlawan Nasional Mgr Soegijapranata, yang juga merupakan uskup agung pribumi pertama.

Film Soegija mengambil setting masa perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia (1940-1949), mengangkat kisah Mgr Soegijapranata yang dikenal sebagai Pahlawan Nasional. Posisinya sebagai pemimpin Gereja Katolik saat itu tidak menghalanginya berjuang demi kemerdekaan bangsa Indonesia. Misalnya, dalam perang 5 hari di Semarang, uskup agung yang dikenal dengan kalimat �100 persen Katolik, 100 persen Indonesia� ini berhasil melakukan negosiasi dengan Jepang dan sekutu di gereja Gedangan, tempat ia tinggal, untuk membuat gencatan senjata.

�Mengalami kepemimpinan di masa lampau itu tidak gampang. Soegija berhasil dengan silent diplomacy dan kemanusiaannya. Soegija berhasil menunjukkan bahwa dasar dari seluruh nasionalisme adalah humanisme. Dan humanisme berdasar pada dialog antar multikultur,� kata Garin Nugroho, yang didaulat untuk menjadi sutradara film kolosal Soegija.

Menurutnya, isu tentang multikulturalisme penting untuk terus dimunculkan, di tengah aneka konflik di tanah air terkait persoalan kebangsaan. Ditambah lagi dengan krisis kepemimpinan yang saat ini menjadi kegundahan sebagian besar masyarakat.

�Yang menarik dari sosok Soegija adalah dia menggabungkan kemampuan diplomasi �diam-diam�-nya, pelayanannya, dengan sifat keras, ketegasan untuk mencapai cita-cita. Jadi gabungan antara tiga itu,� tutur Garin.

Di sisi lain, Garin menyadari bahwa saat ini banyak sekali film yang mengedepankan kalangan tertentu, misalnya umat Islam, dalam film Sang Pencerah. Ia menilai bahwa film seperti itu memiliki esensi yang sangat baik. Oleh karena itu, ia pun merasa harus membuat film-film dari tokoh agama lain mulai dari Islam, Hindu, Buddha, Kristen, dan Katolik.

Namun, jika pembuatan film-film tersebut dianggap sebagai upaya mendoktrin agama tertentu, ia menilai bahwa masyarakat sedang mengalami kemunduran dalam demokratisasi. Menurutnya keberadaan film-film seperti itu justru dapat menjadi sebuah panduan multikultur bagi mayarakat Indonesia yang heterogen.

Dengan demikian, katanya, masyarakat dapat mengalami berbagai jenis kepemimpinan dan bisa memetik nilai-nilai luhur yang terkandung di dalamnya. �Jadi kalau saya justru merasa wajib (membuat) hukumnya, selama film-film itu menuju kembali pada aspek-aspek berbangsa,� ucapnya.

Lebih lanjut Garin menuturkan, masyarakat harus punya �kedewasaan multikultur�. Multikultur tidak selalu diartikan menonjolkan berbagai macam agama dan budaya sekaligus dalam sebuah karya. Justru, masyarakat harus bisa menerima ketika ada film atau karya apa pun yang hanya mengedepankan salah satu kalangan. 

Tuesday, April 24, 2012

Karakter dan Nilai Teologis Setiap Ibadat Dalam Ibadat Harian

Ibadat Pagi dan Ibadat Sore

Menurut tradisi seluruh Gereja, Ibadat Pagi dan Ibadat Sore merupakan dua sendi Ibadat Harian, yang harus dipandang dan dirayakan sebagai dua ibadat yang utama. (SC 89a)

Ibadat pagi dimaksudkan dan diatur untuk menyucikan pagi hari. �Maksud ibadat pagi adalah supaya gerakan pertama hati dan budi kita disucikan bagi Allah; janganlah kita menerima tugas sesuatu pun sebelum kita disegarkan oleh pemikiran akan Allah, seperti tertulis: �apabila aku ingat akan Allah, aku disegarkan� (Mzm 76/77:4) ; jangan sampai badan kita digerakkan untuk bekerja, sebelum kita melakukan yang dikatakan dalam mazmur: �kepadaMu aku berdoa ya Tuhan, waktu pagi Engkau mendengar seruanku, sejak pagi aku mengharapkan belas kasihMu� (Mzm 5:4-7)� St. Basilius Agung, regulae fusius tractate, resp 37:3 ; PG 31

Karakter utama dari ibadat pagi adalah pujian. Dan Ibadat pagi dilakukan saat fajar menyingsing mengingatkan kita pada kebangkitan Kristus, Sang Cahaya yang menyinari semua orang (Yoh 1:4), Sang Matahari Keadilan (Mal 4:2), yang terbit laksana fajar cemerlang (Luk 1:78). �Kita harus berdoa pagi, supaya kebangkitan Tuhan kita rayakan dengan doa pagi� St. Cyprianus De Oratione Dominica 35

Ibadat Sore dirayakan waktu matahari terbenam dan hari sudah senja, untuk �bersyukur atas anugerah yang telah kita terima pada hari itu dan atas kebaikan yang boleh kita perbuat� (St. Basilius, Regulae fasius tractate, Resp 37). Dalam Ibadat sore, kita juga mengenang kembali penebusan kita dengan doa, yang kita panjatkan �bagaikan dupa ke hadirat Tuhan, dengan tangan yang kita tadahkan bagaikan kurban petang� (Mzm 140/141 : 2). Kurban petang sejati, yang diwariskan oleh Tuhan Penyelamat waktu sore ketika sedang mengadakan perjamuan dengan para rasul untuk memulai misteri suci gereja. �Kita berdoa dan memohon, agar cahaya terbit lagi bagi kita. Kita berdoa untuk kedatanagn Kristus, yang akan menganugerahkan rahmat cahaya kekal�. St. Cyprianus De Oratione Dominica 35

Ibadat Bacaan

Maksud Ibadat Bacaan ialah memberi kesempatan lebih melimpah kepada umat Allah untuk merenungkan Kitab Suci dan karangan para penulis rohani. Doa harus didampingi dengan pembacaan Kitab Suci supaya terjadi dialog antara Allah dan manusia. Sebab, �kita berbicara dengan Allah apabila kita berdoa, kita mendengarkan Dia, apabila kita membaca sabdaNya�. St. Ambrosius, De Officiis Ministrorum, 1:20

Menurut konstitusi liturgi, ibadat bacaan memang tetap bersifat pujian malam, tetapi disesuaikan sedemikian rupa hingga dapat didaraskan pada setiap waktu. (SC 89)

Ibadat Siang

Menurut tradisi yang sangat tua, orang-orang kristen mempunyai kebiasaan berdoa beberapa kali sehari sebagai devosi pribadi, juga di tengah-tengah pekerjaan, sesuai dengan teladan Gereja Para Rasul. Lambat laun, tradisi ini diperkaya dengan pelbagai perayaan liturgi. Baik di Gereja Timur maupun Barat diselenggarakan ibadat sebelum tengah hari, tengah hari dan sesudah tengah hari. Ibadat-ibadat itu juga dihubungkan dengan kenangan akan sengsara Tuhan dan akan masa permulaan penyebaran Injil. Selain itu, karakter ibadat siang adalah pemeriksaan batin /permohonan peneguhan untuk bertahan dalam iman.

Ibadat Penutup / Completorium

Ibadat penutup adalah doa terakhir, yang didoakan sebelum istirahat malam sebelum semua aktivitas diakhiri dan dipasrahkan dalam kerahiman ilahi. Hal ini merupakan perlambang pula bagi akhir perjalanan hidup kita. Kidung Simeon merupakan puncak seluruh ibadat ini. Karakter utama dalam ibadat penutup adalah penyerahan diri dan kepasrahan kepada penyelenggaraan ilahi atas kehidupan kekal. Ibadat Penutup diakhiri dengan antiphone pujian kepada Maria Bunda Allah.

Sumber : http://parokisalibsuci.org/

Sunday, April 22, 2012

Tentang Ibadat Harian dan Ibadat Penutup (Completorium)

Completorium atau Ibadat Penutup merupakan bagian dari Ibadat Harian. Ibadat Harian merupakan terjemahan dari kata (Liturgia Horarum � har : Liturgi Waktu) yang dikenal pula dengan nama-nama lain seperti : Ofisi Ilahi (Officium Divinum), dan doa Brevir. Ibadat Harian mempunyai akar yang sangat panjang dan dalam dalam tradisi Judaisme maupun setelah �dikristenkan� oleh praktek Jemaat Gereja Perdana.

Apa itu Ibadat Harian?
Dalam Puji Syukur, pada bagian KEBIASAAN ORANG KRISTEN salah satunya dikatakan adalah Melaksanakan Ibadah Harian. Dalam hal ini Konstitusi Liturgi Konsili Vatikan II mengatakan: Gereja tiada putusnya memuji Tuhan dan memohonkan keselamatan seluruh dunia bukan hanya dengan merayakan Ekaristi, melainkan dengan cara-cara lain juga, terutama dengan mendoakan Ibadat Harian (SC 83). Sebelum menjawab apa itu Ibadat harian � ada baiknya kita mengenal sekilas sejarah Ibadat Harian.

SELINTAS SEJARAH IBADAT HARIAN

Asal Mula Ibadat Harian

Dalam tradisi bangsa Yahudi, sepanjang kurun waktu pagi, siang dan malam disucikan bagi Allah.

Awal mulanya, atas perintah Allah kepada para imam, penyucian hari dilakukan melalui kurban sembelihan pada pagi dan petang hari (Kel. 29:38-39 � bdk, Bil. 28:3-8, 1Raja 18:36). Praktek ini terus berlangsung hingga ke Bait Allah di Jerusalem. Dan selanjutnya di masa pembuangan Babilon, dimana Bait Allah dihancurkan, praktek ini digantikan dengan pembacaan Torah, mazmur dan madah pujian di sinagoga-sinagoga. Kurban Pujian menggantikan kurban sembelihan.

Jejak-jejak tradisi penyucian waktu ini dengan gampang kita temukan dalam ungkapan-ungkapan perjanjian lama terutama dalam �kitab doa� mereka, yaitu kitab Mazmur, misal :
- Mzm 5:4 TUHAN, pada waktu pagi Engkau mendengar seruanku, pada waktu pagi aku mengatur persembahan bagi-Mu
- Mzm 88:14 Tetapi aku ini, ya TUHAN, kepada-Mu aku berteriak minta tolong, dan pada waktu pagi doaku datang ke hadapan-Mu (Mazmur ini dipakai dalam Ibadat Penutup hari Jumat)
- Mzm 119:164 Tujuh kali dalam sehari aku memuji-muji Engkau, karena hukum-hukum-Mu yang adil
- Mzm 141:2 Biarlah doaku adalah bagi-Mu seperti persembahan ukupan, dan tanganku yang terangkat seperti persembahan korban pada waktu petang.

Umat Israel pada masa pembuangan juga memiliki kebiasaan berdoa pada jam-jam tertentu (lih. Dan 6:10;6:13)

Setelah masa pembuangan dan sisa Israel kembali ke Yudea, kurban pujian ini tetap dilakukan di Bait Allah yang dibangun kembali.

Dan pada saat penjajahan Romawi, kaum Yahudi mulai mengikuti sistem pembagian waktu romawi dalam melaksanakan roda bisnis dan juga kehidupan sehari-hari, termasuk dalam waktu berdoa. Di kota-kota jajahan Romawi, terdapat bel di pasar/tengah kota sebagai penanda jam kerja. Bel mulai berbunyi kira-kira jam enam pagi, sembilan dan jam ketiga di tengah hari untuk menandai saat makan siang, dan selanjutnya untuk memanggil orang-orang untuk kembali bekerja di jam satu siang jam tiga siang hingga akhirnya bel berbunyi terakhir kalinya pukul enam sore untuk menutup waktu kerja.

Jemaat Kristen perdana meneruskan tradisi Yahudi dalam melambungkan doa-doa pada waktu-waktu tertentu di sepanjang hari � dan dengan pengaruh pengaturan waktu versi Romawi di atas. Yesus dan Para Rasul menjalankan kebiasaan Yahudi ini. Injil suci kerap kali mengisahkan Yesus sedang berdoa : bdk. Luk 3:21-22, Luk 6:12, Mat 4:19; 15:36, Luk 9:28-29; Yoh 11:41,dst; Luk 9:18 ; Luk 11:1; Mat 11:25; Mat 19:13; Luk 22:32. Hidup Yesus sehari-hari selalu berhubungan erat dengan doa � bahkan mengalir daripadanya: bdk. Mrk 1:35, Luk 5:16 lih Mat 4:1, Mat 14:23; Mrk 1:35; Mat 14:23.25; Mrk 6:46,dst.

Mereka berdoa pada waktu-waktu tertentu : pada jam tiga, jam enam dan jam sembilan serta di tengah malam hari (bdk. Kis 10:3, 9; 16:25, dll). Mukjijat pertama yang dilakukan para rasul, menyembuhkan orang lumpuh di tangga Bait Allah terjadi saat Petrus dan Yohanes bergegas menuju Bait Allah untuk berdoa (bdk. Kis 3:1). Juga satu moment sangat penting yang diputuskan oleh jemaat perdana, yaitu menerima �bangsa-bangsa kafir� sebagai bagian dari umat Allah terjadi setelah visiun yang dialami Petrus saat dia berdoa di siang hari (bdk. Kis 10:9-49).

Selanjutnya, ketika Kristianitas mulai terpisah dari Judaisme (ditandai dengan hancurnya Bait Allah Yerusalem tahun 70), praktek berdoa di saat-saat tertentu (baca: penyucian waktu) ini terus berlanjut. Doa-doa jemaat Kristen Perdana tetap berisikan elemen yang hampir sama dengan apa yang dilakukan bangsa Yahudi : mengulang-ulang atau menyanyikan (mendaraskan) mazmur, membaca kitab suci, (Kis 4:23-30) dan pada kemudian hari ditambahkan dengan madah kemuliaan serta beberapa elemen yang lainnya.

Para Bapa Gereja � Abad Pertengahan � Konsili Trente hingga Revisi Paus Pius V

Penetapan waktu doa selain dituliskan dalam Alkitab juga terdapat dalam tulisan-tulisan para Bapa Gereja dan kitab-kitab Apokrif. Kitab Didache (95M) menyebut �orismenois kairois kai horeis� (�waktu-waktu dan jam-jam tertentu untuk sembahyang�). Rujukan tentang hal ini juga termuat dalam Dokumen Konstitusi Rasuli (380) dan Bapa Gereja. Basilius Agung (330 � 379) dalam �Regulae Fusius Tractate�, yang bahkan menyebutkan bahwa penetapan waktu-waktu sembahyang itu telah dilakukan di Yerusalem oleh Para Rasul sendiri.

Hampir semua Bapa Gereja menulis tentang tradisi penyucian waktu ini, baik dari Gereja Timur seperti Bapa Gereja Yohanes Krisostomos (354 � 407), maupun di Gereja Barat seperti St. Hieronimus (340 � 420). St.Agustinus dari Hippo dalam Regula-nya (aturan hidup membiara) yang pertama di dunia Barat (ditulis sekitar tahun 397), menganjurkan pada para rahib dan rabib/ rubiah : �Untuk bertekun dengan setia dalam doa pada jam-jam dan waktu-waktu yang telah ditentukan�. Pada abad ketiga, para Bapa Padang Gurun (rahib awali) memulai hidup pertapa untuk memenuhi anjuran St. Paulus agar �berdoa tanpa henti� (I Tes 5:17). Dan mereka melakukan praktek doa ini secara berkelompok.

Di Gereja Timur, perkembangan Ibadat Harian ini beralih dari sekitar Jerusalem menuju Konstantinopel. St. Theodorus (758-826) mengkombinasikan doa ini dengan beberapa pengaruh dari Byzantium dan menambahkan beberapa madah gubahannya sendiri.

Di Gereja Barat, St. Benediktus Nursia dalam regulanya yang terkenal memberikan panduan tentang praktek doa ibadat harian ini. St. Benediktus pula yang dengan tajam menandaskan bahwa konsep doa Kristen tidaklah terpisah antara hidup rohani dan hidup jasmani. Ungkapan Beliau yang sangat terkenal adalah �Orare est laborare, laborare est orare� (�To pray is to work, to work is to pray�). Pada masa Beliau juga doa ibadat harian disebut sebagai doa Ofisi Ilahi (Officium Divinum). Officium berarti karya (Opus) � Divinum berarti Ilahi (Dei). Para pengikut Benediktine menyebut doa ini sebagai Opus Dei atau �Work of God.� (Karya Allah).

Pada perkembangannya format doa Ibadat Harian berkembang pesat dalam praktek hidup monastik Kristiani baik di barat dan di timur. Di abad keempat praktek doa ibadat harian ini telah mendapatkan bentuknya yang lebih pasti, baik untuk kaum monastik, imam sekuler, maupun umat awam. Dan karena perkembangan ini pula dibutuhkan buku panduan doa yang kurang lebih lengkap dan bisa memenuhi kebutuhan gereja saat itu. Awalnya buku panduan doa itu masih dalam keadaan terpisah-pisah. Satu buku berisikan kumpulan mazmur, lain lagi buku berikan kumpulan madah, buku Injil untuk bacaan Kitab Suci, dan sebagainya. Cukup ribet. Belum lagi ditambah dengan perkembangan umat sistem parokial yang secara geografis semakin jauh dari Katedral atau Basilika. Hingga akhirnya disusunlah versi sederhana dari doa-doa ibadat harian itu dalam satu buku yang disebut Brevir (latin har. berarti pendek). Brevir ini akhirnya dikenal luas hingga di masa Konsili Trente yang menghendaki adanya perubahan agar lebih efektif dan terlepas dari unsur-unsur mitos di dalam madah-madahnya.

Konsili Trente (13 Desember 1545 � 4 Desember 1563), dalam pertemuan finalnya 4 Desember 1563 mempercayakan reformasi brevir ini kepada Paus Pius IV. Dan pada tanggal 9 Juli 1568 � Paus Pius V (pengganti Pius IV) mengumumkan sebuah edisi revisi yang kemudian dikenal dengan sebutan Brevir Romawi. Dalam keputusan apostoliknya, Quod a nobis, dengan tegas ditandaskan larangan untuk menambahkan atau pun menghilangkan satu titik pun di dalam brevir tersebut (hal yang sama dilakukannya untuk buku Roman Missal dalam bulla Quo primum) agar tidak terkena murka Allah. �No one whosoever is permitted to alter this letter or heedlessly to venture to go contrary to this notice of Our permission, statute, ordinance, command, precept, grant, indult declaration, will decree and prohibition. Should anyone, however, presume to commit such an act, he should know that he will incur the wrath of Almighty God and of the Blessed Apostles Peter and Paul.� (In Defense of the Pauline Mass).

Konsili Vatikan II

34 tahun setelah revisi Paus Puis V, Paus Clement VIII melakukan perubahan atas brevir tersebut. Setelahnya, Paus Urban VIII dan Pius X juga melakukan perubahan yang cukup significant. Hal yang sama juga dilakukan oleh Paus Pius XII dan Paus Yohanes XXIII di tahun 1960.

Pada perkembangannya sejak akhir abad kelima hingga sebelum konsili vatican II, doa ibadat harian terdiri atas:
- Matutinum : Ibadat tengah malam (Vigile)
- Laudes (ps 148, 149, 150) dilakukan saat fajar menyingsing
- Primus � doa diawal pagi (jam 6)
- Tertia � Doa di awal tengah hari (jam 9)
- Sexta � doa tengah hari (jam 12 siang tepat)
- Nona � Doa setelah tengah hari (pk. 15.00)
- Vesper � doa sore (saat matahari tenggelam dan lampu-lampu mulai dinyalakan)
- Completorium � doa penutup hari.

Konsili Vatikan II melakukan penyederhanaan pada jam-jam kanonik Ibadat harian dan menjadikannya lebih mudah dilakukan pula oleh para awam dengan harapan untuk menggembalikan kembali karakter Ibadat Harian sebagai doa seluruh Gereja (bukan monoplogi biarawan/wati saja).

Konsili menghapuskan doa primus (digabungkan dengan Laudes) dan mengubah karakter Matutinum menjadi Ibadat Bacaan sehingga dapat dilakukan di setiap waktu. Lebih jauh lagi, konsili melakukan penataan ulang sehingga mazmur-mazmur secara keseluruhan bisa didoakan selama empat minggu (sebelumnya hanya satu minggu!).

Sejak Konsili Vatikan II pula, nama Roman Breviary diganti dengan sebutan Liturgy of the Hours / Ibadat Harian (Liturgia Horarum) yang terbagi dalam empat volume sesuai dengan Kalender Liturgi gereja:
� Volume I: Adven & Natal
� Volume II: Prapaskah dan Trihari Suci serta Masa Paska
� Volume III: Minggu Biasa 1 sampai 17
� Volume IV: Minggu Biasa 18 sampai 34

Saat ini, praktek Ibadat Harian dalam Gereja katolik Roma meliputi :
- Ibadat Pembukaan (merupakan ibadat pertama pada hari tersebut, bisa dalam Ibadat Bacaan atau Ibadat Pagi)
- Ibadat Bacaan (Matutinum)
- Ibadat Pagi (Laudes)
- Ibadat Siang, terdiri atas :
Tertia (Ibadat sebelum tengah hari)
Sextia (Ibadat tepat tengah hari)
Nona (Ibadat setelah tengah hari)
- Ibadat Sore (Vesper)
- Ibadat Malam (Completorium)

Sumber : http://parokisalibsuci.org/
Gambar : http://tradisikatolik.blogspot.com/

Sunday, April 15, 2012

Menyelami Misteri Kristus Dalam Tahun Liturgi

TAHUN liturgi merupakan suatu siklus waktu yang secara ritual sakramental dirayakan misteri penyelamatan Kristus. Sehingga tahun liturgi tidak saja dipahami sebatas suatu siklus waktu tetapi juga sebagai suatu peristiwa iman gereja dalam mengaktualisasikan kembali misteri penebusan Kristus. Tahun liturgi adalah suatu siklus waktu di dalamnya karya keselamatan Kristus sungguh dihadirkan kembali dan manusia pun sungguh mengalami karya keselamatan itu. Oleh sebab itu tahun liturgi dan aneka ritual di dalamnya tidak dipandang sebagai suatu perayaan formalitas melainkan suatu perayaan yang hidup.

Di sini dapat dipahami bahwa yang menjadi hakekat dari tahun liturgi itu sendiri bukanlah rentetan pesta-pesta yang dirayakan menurut urutan waktu spiral, melainkan isi dari perayaan itu sendiri. Yang dirayakan di dalam tahun liturgi adalah Kristus sendiri. Pribadi Kristus sendiri yang menjadi inti dari tahun liturgi. Dan pribadi yang sama itu yang dirayakan di dalam pesta-pesta liturgis. Di sini pula sebenarnya menunjukkan hakekat dari waktu itu sendiri. Kristus sendiri mengatakan; Akulah alfa dan omega. Ia adalah awal dan akhir, maka sesungguhnya Kristus itu adalah waktu itu sendiri. Ia adalah keabadian. Tidak ada sesuatu yang ada berada dari dan di luar diriNya.

Oleh sebab itu saya merefleksikan misteri Kristus yang dirayakan di dalam tahun liturgi gereja Katolik, untuk menemukan hakekat atau inti dari tiap masa yang dirangkai di dalam tahun liturgi itu.

Masa Advent-Natal
a.Masa Advent

Sebelum merayakan Natal, pesta kelahiran Kristus, semua orang yang berdosa perlu mempersiapkan diri untuk menyambut kedatanganNya. Di dalam tahun liturgi waktu untuk mempersiapkan diri menyongsong kelahiran Kristus ini kita kenal sebagai masa advent, yaitu masa penantian. Di masa adven ini sesungguhnya merupakan masa penuh refleksi. Kita merefleksikan kehidupan kita dengan jujur untuk menemukan kenyataan diri kita di hadapan Tuhan yang maha agung. Di dalam proses persiapan diri ini, kita akan menemukan diri kita sebagai orang yang berdosa yang membutuhkan penyelamatan dari Tuhan. Oleh sebab itu dalam arti tertentu, masa advent merupakan masa pemurnian diri. Masa dimana kita menyadari keberdosaan kita dan di dalam penyesalan, kita berbalik kembali dari kenyataan keberdoasaan kita menuju jalan kebenaran. Inilah yang dinamakan jalan pertobatan. Sehingga di dalam masa advent yang berlangsung kurang lebih empat minggu ini, secara liturgis kita akan disuguhkan dengan berbagai bacaan sehubungan dengan pertobatan sebagai jalan menuju keselamatan.

Hal-hal yang ditekankan di dalam masa ini menyangkut hakekat diri Allah sebagai hakim yang adil, sebagai penebus, Tuhan yang berkuasa, Tuhan yang mulia, Tuhan yang membabtis dengan Roh Kudus. Dan Tuhan yang demikian akan dilahirkan oleh seorang perawan yang bernama Maria. Perempuan itu adalah Eva baru yang melahirkan Putra Allah untuk menebus dunia yang telah dirusakkan oleh Eva dan Adam lama serta keturunannya.

Oleh sebab itu dalam masa ini dimensi-dimensi yang mau ditekankan berkenaan dengan persoalan berjaga-jaga dan berdoa, kehidupan spiritual yang penuh kegembiraan karena akan lahir seorang penebus, kegembiraan ini sebagaimana yang ditunjukan oleh Maria sendiri lewat kata-katanya; �jiwaku memuliakan Tuhan dan hatiku bergembira karena Allah penyelamatku�

Di sini saya menemukan bahwa inti terdalam dari masa advent sendiri adalah manusia diberi waktu untuk melihat dirinya di hadapan Tuhan, dan di dalam penemuan dirinya itu, ia berusaha terbuka kepada tawaran keselamatan Allah yang dapat diperolehnya lewat jalan pertobatan. Dengan demikian hemat saya setiap kita yang telah berbalik dari laku kita yang salah layak untuk menyambut Kelahiran Kristus di dalam hati kita.

b.Masa Natal
Secara harafiah Natal merupakan hari kelahiran Kristus. Di dalam tahun liturgi Natal menjadi perayaan istimewa. Sebab, Natal menjadi saat dimana Allah mengambil rupa manusia di dalam misteri inkarnasi. Kelahiran Kristus ke dunia menjadi titik awal misi keselamatan Kristus di dunia (Mirabilis Sacramentum). Di dalam masa Natal ini, kita merenungkan kelahiran putra Allah yang penuh misteri. Ia dikandung dari Roh Kudus dan dilahirkan oleh perawan Maria. Suatu proses kelahiran yang melampaui akal sehat manusia. Sehingga di dalam masa Natal ini gereja sesungguhnya hendak merayakan misteri Agung Allah yang bekerja sama dengan manusia untuk menyelamatkan manusia dan segala isinya dari kuasa setan. Allah sendiri turun ke dunia untuk membangun kembali relasi yang telah dirusakan oleh manusia yang menyangkali cintaNya.

Dengan kata lain di dalam perayaan Natal, kita merayakan peristiwa pemberian Allah bagi kita. Dengan kata lain Natal merupakan realisasi paling nyata cinta Allah kepada kita. CintaNya melampaui besarnya dosa kita. Di dalam peristiwa Natal ini, kita berjumpa dengan Allah yang bukan Allah pendendam, bukan Allah yang selalu memperhitungkan dosa kita, melainkan Allah yang penuh belaskasihan, Allah yang turut mengambil bagian di dalam penderitaan kita. Partisipasi diri Allah di dalam kenyataan hidup kita ditunjukkanNya di dalam keadaan kelahiranNya. Allah di lahirkan di kandang yang hina yang dapat kita dengarkan di dalam bacaan-bacaan suci, atau melalui simbol-simbol yang menjadi ekspresi iman kita di dalam pembuatan kandang Natal. Allah yang solider dengan kita inilah yang di dalam perayaan Natal kita rayakan. Sebab Dia yang sama dengan kita dalam segala hal kecuali dalam hal dosa, Dialah yang juga menyelamatkan kita.

Oleh sebab itu perayaan Natal yang terus dirayakan tiap tahun, merupakan suatu pernyataan iman gereja akan sikap solider Allah yang selalu datang untuk menyelamatkan manusia dari kungkungan dosa. Dan pada pemahaman yang sama, manusia juga dituntut untuk selalu terbuka kepada tawaran keselamatan Allah ini. Sebab hanya melalui kerjasama antara Allah dan manusia, keselamatan itu sungguh menggembirakan. Sebab melalui kerja sama ini manusia tidak lagi disebut hamba dosa, melainkan anak-anak Allah yang telah diselamatkan.

Masa Prapaskah-Masa Paskah
a.Masa Prapaskah

Sebelum memasuki masa paskah, dalam kelender liturgi menyiapkan suatu masa yang kita kenal dengan masa Prapaskah. Masa prapaskah ini diawali dengan perayaan hari Rabu Abu. Di dalam masa Prapaskah ini memiliki warna dan nuansa yang sangat unik. Masa dimana menjadi masa penuh refleksi. Orang-orang diberi waktu untuk memeriksa batinnya, diberi waktu untuk menyatakan sesal dan tobatnya di dalam batin, kata dan perbuatannya. Pada masa ini juga orang diberi kesempatan untuk melakukan aktifitas mati raga (berpantang dan berpuasa) dan karya amal sebagai suatu perwujudan nyata dari dirinya yang mau bersolider dengan sesamanya yang menderita dan juga sebagai tahap dalam diri untuk mengalami misteri kebangkitan dan penebusan Kristus.

Sebagai tanda pertobatan sekaligus memasuki masa pertobatan ini, kita sebagai umat Katolik mendapatkan abu di dahi sebagai tanda yang mengingatkan kita untuk bertobat, sekaligus tanda akan kerapuhan diri kita sebagai manusia dan sebagai tanda ketidak abadian dunia. Oleh sebab itu tanda abu ini juga mengingatkan kita bahwa keselamatan hanya bersumber dari Tuhan.

Masa prapaskah yang dirayakan selama 40 hari ini sering dihayati sebagai hari ret-ret agung. Sebagaimana Musa berpuasa dan memurnikan diri di gunung Sinai dan Elia di gunung Horeb, (bdk. Kel 24:18, I Raj 19:8). Atau Yesus berpuasa selama 40 hari sebelum Ia tampil dan mengajar di depan umum. Masa prapaskah yang dirayakan selama 40 hari ini juga, menjadi saat dimana kita memurnikan diri dan mempererat diri dengan Tuhan. Di masa ini juga kita merenungkan sabdaNya, sebagaimana ketika Yesus di padang gurun Ia mengatakan kepada iblis yang menggodaNya untuk mengubah batu menjadi roti. Yesus mengatakan: �manusia tidak hidup dari roti saja melainkan dari sabda Tuhan�. Inilah alasan mengapa masa prapaskah adalah masa dimana kita belajar untuk semakin mengenal kehendak Tuhan yang termaktub di dalam kitab suci.

Di masa prapaskah ini juga, orang tidak saja memperbaharui relasinya dengan Tuhan tetapi juga dengan sesamanya. Sikap menjalin hubungan yang baik dengan sesama merupakan ekspresi nyata dari mengamalkan sabda dan kehendak Tuhan di dalam hidup berkemanusiaan.

Sesungguhnya di dalam masa prapaskah ini kita mengambil bagian di dalam penderitaan Kristus, dimana kita tidak saja mengadakan ziarah iman tentang peristiwa jalan salib Yesus dari kelahiran hingga kematianNya, tetapi juga mau sedikit merasakan secara konkret penderitaan yang pernah dialamiNya.

b.Masa Paskah
Paskah merupakan perayaan terpenting dalam tahun liturgi gerejawi Kristen. Di dalam peristiwa paskah ini, kita merayakan peristiwa sengsara, wafat dan kebangkitan Tuhan kita Yesus Kristus. Kristus menjadi anak domba Paskah yang dikorbankan. Memasuki masa Paskah, menandakan bahwa masa Prapaskah telah berakhir. Kita sekalian memasuki masa Paskah dengan terlebih dahulu merayakan pekas suci yaitu Minggu Palma. Sebuah perayaan mengenang masuknya Yesus ke Yerusalem dengan menggunakan keledai yang disambut dengan sorak-sorai.

Tiga hari sebelum Minggu Paskah kita merayakan tiga hari suci (Tri Hari Suci) yaitu: hari Kamis Putih (warna liturgi putih), hari Jumat Agung (warna liturgi merah), dan hari Sabtu Suci (warna liturgi putih). Pada hari Kamis Putih, kita mengenang peristiwa perjamuan terakhir Yesus bersama murid-muridNya. Peristiwa Kamis Putih ini juga menjadi peristiwa penetapan Ekaristi dimana Yesus sendiri memberikan amanatNya kepada para murid untuk terus mengenang diriNya di dalam perjamuan selanjutnya. Di sini saya merefleksikan bahwa Kristus selalu hadir secara nyata di dalam perayaan ekaristi yang kita rayakan. Sebagaimana Ia mengatakan �inilah tubuhKu, inilah darahKu, lakukan ini sebagai peringatan akan Daku�, Kristus yang sama juga yang mengatakan �inilah tubuhKu, inilah darahKu, lakukan ini sebagai peringatan akan Daku� ketika imam mengucapkannya di dalam perayaan ekaristi. Perayaan ekaristi sungguh menghadirkan Kristus secara nyata dan hidup.

Usai Yesus merayakan perjamuan paskah bersama-murid-muridNya, ia ditangkap, diadili dan disiksa. Peristiwa penderitaan Yesus ini kita rayakan pada hari jumat Sengsara. Di hari Jumat ini kita mengikuti perjalanan salib Yesus dari peristiwa penangkapan Yesus, pengadilan, siksaan, menuju bukit Golgota dan akhirnya sampai pada kematianNya di kayu salib. Ketika mengikuti merenungkan perjalanan salib Yesus ini dengan penuh iman, kita pun akan merasakan bagaimana kemanusiaan Yesus dirampas habis-habisan oleh ciptaanNya sendiri. Bagaimana kita sebagai ciptaan mengadili dan menyiksa pencipta kita. Suatu peristiwa yang paling menyakitkan.

Perayaan Jumat sengsara ini menghantar kita untuk sampai pada refleksi yang mendalam akan cinta Tuhan yang paling agung, dimana Ia mengorbankan nyawa-Nya sendiri demi menebus dosa-dosa kita. Ia rela menanggung dosa-dosa kita bahkan rela untuk mati bahkan mati di salib yang hina. Peristiwa kematian Kristus di salib ini mengajarkan kita akan makna sebuah salib. Lewat salib itulah kita diselamatkan Tuhan. Oleh sebab itu lewat salib pun kita diajarkan Tuhan untuk tetap setia menanggung salib kita masing-masing. Di dalam kesetiaan kita dalam memanggul salib kita seraya tetap menaruh kepercayaan kepada Kristus kita pasti diselamatkanNya.

Walaupun demikian sejarah Yesus Kristus tidak berhenti pada kematianNya. Pada hari selanjutnya, Ia bangkit. Kebangkitan Kristus menjadi suatu peristiwa mulia dimana kita kembali mendapatkan harapan, bahwa Yesus itu Tuhan yang hidup. Ia dapat mengalahkan dosa dan maut lewat peristiwa kebangkitanNya. Di dalam dan melalui peristiwa kebangkitan Kristus ini iman kita memiliki dasar yang kokoh dan iman kita kepadaNya tidak pernah sia-sia dan para murid adalah saksiNya. Setelah triduum Paskah ini di sebut oktaf paskah hingga hari minggu setelah Minggu paskah. Selanjutnya pekan paskah yang berlangsung selama 7 Minggu dan berakhir pada hari pentekosta.

Masa Biasa
Masa biasa di dalam tahun liturgi dimulai setelah hari penampakan Tuhan (Epifani) dan berakhir pada hari raya Kristus raja semesta alam. Warna khas liturgi pada masa biasa ini adalah hijau yang menandakan masa yang penuh harapan. Disebut Masa Biasa karena di dalam masa ini tidak terdapat Misteri Kristus yang dirayakan secara khusus. Masa biasa memberi kesan bahwa masa itu tidak ada perayaan yang terjadi secara luar biasa. Misteri Kristus dirayakan secara meriah hanya di hari Minggu. Dimana tema utama di dalam bacaan-bacaan pada hari Minggu, selalu menyangkut misteri Kristus.

Akan tetapi perayaan masa biasa ini jangan dilihat sebagai suatu perayaan yang kurang nilai keselamatannya. Atau suatu perayaan yang tidak lengkap. Perayaan ekaristi pada masa biasa juga adalah suatu perayaan yang penuh, yakni di dalamnya, dirayakan secara utuh misteri penyelamatan Yesus. Oleh sebab itu tidak dibenarkan jika kita menyepelehkan misteri iman yang kita rayakan dalam ekaristi di masa biasa ini. Sebagaimanapun Ekaristi itu dirayakan, Ekaristi tetap menjadi sumber dan puncak kehidupan kita. Maka sangatlah tidak benar jika kita hanya mengambil bagian di dalam perayaan Ekaristi secara aktif pada masa-masa Natal dan Paskah.

Perayaan keselamatan Allah itu terjadi secara terus menerus. Oleh sebab itu, kita pun harus merayakannya tanpa henti. Bukan berarti juga kita menyangkali hari-hari khusus yang telah ditetapkan gereja di dalam tahun liturgi. Tetapi bahwa di dalam masa biasapun kita tetap merayakan misteri yang sama walau tak dirayakan secara istimewa, yaitu ucapan syukur atas karya penebusan dan kenangan akan sengsara, wafat dan kebangkitan Kristus.

Lebih dari itu hari minggu pun disejajarkan dengan hari-hari raya lainnya. Dimana pada hari Minggu, bersama seluruh umat beriman kita merayakan dengan penuh syukur karya penyelamatan Allah yang hadir dalam diri Yesus Kristus lewat peristiwa wafat dan kebangkitanNya. Bersama umat beriman juga kita mengucap syukur karena selama sepekan kita mendapatkan perlindungan dan kasih karunia Tuhan. Dan dengan merayakannya kita sesungguhnya menguduskan hari Tuhan sesuai perintah Allah yang ke tiga serta menunaikan lima perintah Gereja yang mengatakan rayakanlah Ekaristi pada hari Minggu dan Hari Raya yang diwajibkan, dan janganlah melakukan pekerjaan yang dilarang pada hari itu.

Sumber : http://lawarik.wordpress.com/

Tags

Berita (144) Gereja Katolik (129) Iman Katolik (76) Apologetik (71) Paus (44) Tradisi (41) Kitab Suci (30) Politik (29) Yesus (28) Magisterium (24) Doa (22) Katolik Timur (20) Kesaksian (19) Katekese Liturgi (18) Renungan (18) Maria (15) Tanya Jawab (13) Roh Kudus (10) Kamis Putih (9) Film (8) Karismatik (8) Prodiakon (8) Lektor (7) Natal (7) Petrus (7) Sakramen Ekaristi (7) Sakramen Perkawinan (7) Adven (6) Katekese Katolik (6) Lintas Agama (6) Pantang dan Puasa (6) Perayaan Ekaristi (6) Seputar Liturgi (6) Anglikan (5) Gua Maria (5) Hari Perayaan Santa Maria (5) Hari Raya / Solemnity (5) Ibadat Harian (5) Madah dan Lagu Liturgi (5) Masa Prapaskah (5) Piranti Liturgi (5) Berita Terkini (4) Doa Novena (4) Doa Rosario (4) Ibadat Peringatan Arwah (4) Inkulturasi Liturgi (4) Jumat Agung (4) Komuni Kudus (4) Minggu Palma (4) Musik liturgi (4) Rabu Abu (4) Sakramen Mahakudus (4) Surat Gembala Paus (4) Tri Hari Suci (4) Dirigen Paduan Suara (3) Doa Litani (3) Ibadat Rosario (3) Jalan Salib (3) K Evangelisasi Pribadi (3) Kisah Nyata (3) Lamentasi (3) Liturgi Anak (3) Malam Paskah (3) Mgr Antonius Subianto OSC (3) Misa Jumat Pertama (3) Misa Krisma (3) Misdinar (3) Ordo (3) Paduan Suara Gereja (3) Paus Fransiskus (3) Persatuan Gereja (3) Tahun Liturgi (3) Tata Gerak dalam Liturgi (3) Virus Covid-19 (3) Yohanes Paulus II (3) Analisis Tafsiran (2) Beato dan Santo (2) Berita Luar Negeri (2) Busana Liturgi (2) Doa Angelus (2) Doa Bapa Kami (2) Doa Dasar (2) Doa Persatuan (2) Doa Suami-Istri (2) Doa Utk Jemaat (2) Doa Utk Warga (2) Doa dan Ibadat (2) Dupa dalam Liturgi (2) Eksorsisme (2) Evangeliarium (2) Hati Kudus Yesus (2) Homili Ibadat Arwah (2) Ibadat Completorium (2) Ibadat Mitoni (2) Ibadat Syukur Midodareni (2) Mgr.Antonius Subianto OSC (2) Mujizat (2) Orang Kudus (2) Pekan Suci (2) Perarakan dalam Liturgi (2) Reformasi Gereja (2) Risalah Temu Prodiakon (2) Sharing Kitab Suci (2) Surat Gembala KWI (2) Surat Gembala Uskup (2) Tuguran Kamis Putih (2) Ada Harapan (1) Allah Pengharapan (1) Api Karunia Tuhan (1) Artikel Rohani (1) Baptis Darah (1) Baptis Rindu (1) Batak Toba (1) Berdoa Rosario (1) Bersaksi Palsu (1) Bhs Indonesia (1) Bhs Karo (1) Bulan Rosario (1) Bunda Maria (1) Carlo Acutis (1) Debat CP (1) Dei Verbum (1) Desa Velankanni (1) Diakon (1) Doa Bersalin (1) Doa Dlm Keberhasilan (1) Doa Dlm Kegembiraan (1) Doa Dlm Kesepian (1) Doa Katekumen (1) Doa Kebijaksanaan (1) Doa Kehendak Kuat (1) Doa Kekasih (1) Doa Kekudusan (1) Doa Kel Sdh Meninggal (1) Doa Keluarga Sakit (1) Doa Kerendahan Hati (1) Doa Kesabaran (1) Doa Keselamatan (1) Doa Ketaatan (1) Doa Ketabahan (1) Doa Orang Menderita (1) Doa Orang Sakit (1) Doa Pemb Pertemuan (1) Doa Penerangan RK (1) Doa Pengenalan (1) Doa Penutup Pertemuan (1) Doa Perjalanan (1) Doa Pertunangan (1) Doa Ratu Surga (1) Doa SeSdh Kelahiran (1) Doa Seblm Kelahiran (1) Doa Seblm Makan (1) Doa Semakin Dikenal (1) Doa Siap Mati (1) Doa Tanggung Jawab (1) Doa Ulang Tahun (1) Doa Untuk Anak (1) Doa Untuk Keluarga (1) Doa Utk Gereja (1) Doa Utk Masyarakat (1) Doa Utk Mempelai (1) Doa Utk Negara (1) Doa Utk Ortu (1) Doa Utk Pemuka (1) Doa Utk Penderita (1) Doa Utk Petugas (1) Doa Utk Rakyat (1) Doa Utk Tanah Air (1) Doa Utk Yg Membenci (1) Dogma (1) Doktrin (1) Dokumen Gereja (1) Dokumen Pernikahan (1) Dominicans (1) Dosa (1) Ekaristi Kudus (1) Enggan Beribadat (1) Epiphania (1) Film Terbesar (1) Firman Tuhan (1) Foto Kenangan (1) Generasi Muda (1) Gubernur Wasington (1) Haposan P Batubara (1) Hari Pesta / Feastum (1) Harus Bergerak (1) Hidup Kudus (1) Hidup Membiara (1) Homili Ibadat Syukur (1) Hukum Kanonik (1) Ibadat Jalan Salib (1) Ibadat Pelepasan Jenazah (1) Ibadat Pemakaman (1) Imam Jesuit (1) Investasi Surgawi (1) Jangan diam (1) Joko Widodo (1) Kalender Prapaska (1) Kebenaran KS (1) Keberadaan Allah (1) Kebohongan Pemimpin (1) Kejujuran (1) Kekuasaan Pelayanan (1) Kekudusan Degital (1) Kesehatan Tubuh (1) Komentar (1) Konsili Vat II (1) Konstantinovel (1) Kopi Asyik (1) Kristus Allah (1) Kualitas Hidup (1) Kumpulan cerita (1) Lawan Covid-9 (1) Lawan Terorisme (1) Lingkuangan Keluarga (1) Lingkup Jemaat (1) Lingkup Masyarakat (1) Liturgi Gereja (1) Luar Biasa (1) Lucu (1) Madu Asli (1) Mari Berbagi (1) Mateus 6 (1) Mayoritas Katolik (1) Menara Babel (1) Menghadapi Kematian (1) Menunggu Penyelamat (1) Mesin Waktu (1) Mgr A Subianto OSC (1) Misa Imlex (1) Misa Latin (1) Misa Online (1) Misionaris SCY (1) Mohon Bantuan (1) NKRI (1) Naskah WH (1) Oikoumene (1) Organis Gereja (1) PGI (1) Passion Of Christ (1) Pastoran (1) Penampakan Maria (1) Pendidikann Imam (1) Pengakuan Iman (1) Penghormatan Patung (1) Pentahbisan (1) Perbaikan (1) Perjamuan Kudus (1) Perkawinan Campur (1) Perkawinan Sesama Jenis (1) Persiapan Perkawinan (1) Pertemuan II App (1) Pertobatan (1) Pesan Natal (1) Pesan Romo (1) Pohon Cemara (1) R I P (1) Rasa Bersyukur (1) Rasul Degital (1) Rasul Medsos (1) Renungan Musim Natal (1) S3 Vatikan (1) SSCC Indonesia (1) Saksi Bohong (1) Salam Yosef (1) Saran Dibutuhkan (1) Sejarah (1) Selamat Paskah (1) Selingan (1) Sepuluh Perintah Allah (1) Sosialisasi APP (1) Spiritualitas (1) Sukarela (1) Surat bersama KWI-PGI (1) Surga (1) Survey (1) Survey KAJ (1) Tahun St Yosef (1) Teologi (1) Thema APP (1) Tim Liturgi (1) Tokoh Iman (1) Tokoh Internasional (1) Tokoh Masyarakat (1) Toleransi Agama (1) Tuhan Allah (1) Tujuan Hidup (1) Turut Berlangsungkawa (1) Usir Koruptor (1) Ust Pembohong (1) Video (1) Wejangan Paus (1) Yudas Iskariot (1) Ziarah (1)