Showing posts with label Baptis Rindu. Show all posts
Showing posts with label Baptis Rindu. Show all posts
Friday, May 1, 2020
Baptis Darah Dan Baptis Rindu
KATKIT | Katekese Sedikit | No. 378
Seri Katekismus
BAPTIS DARAH & BAPTIS RINDU
Syalom aleikhem.
Ada berbagai pendapat mengenai perlu tidaknya Pembaptisan untuk keselamatan abadi manusia. Sementara kalangan berpendapat perlu dan wajib, golongan lain berkata perlu tapi tidak wajib, yang lain lagi menganggap tidak perlu-perlu amat.
Bagaimana memahami perkara ini: pembaptisan perlu atau tidak demi keselamatan kekal?
Pembaptisan itu Perlu
Menurut Mat. 28:19-20, Tuhan Yesus menekankan perlunya Pembaptisan dengan mengutus para murid-Nya untuk pergi dan membaptis semua bangsa. Kalau Pembaptisan tidak perlu, perintah itu tak kan ada. Dalam Yoh. 3:5, Pembaptisan disebut oleh Baginda Yesus dengan istilah “dilahirkan dari air dan Roh”. Nah, dilahirkan dari air dan Roh (baca: Pembaptisan) itu perlu untuk – ayat yang sama menyebut – masuk ke dalam Kerajaan Allah.
Jadi, seturut ayat-ayat suci di atas, kaitan antara Pembaptisan dan masuk Kerajaan Allah jelas sekali. Pembaptisan, dengan demikian, diperlukan untuk memperoleh keselamatan. Katekismus menyebut Gereja Katolik tak mengenal sarana lain kecuali Pembaptisan untuk menjamin orang masuk kebahagiaan abadi. Dalam pandangan Gereja, satu-satunya cara yang dikenalnya adalah Pembaptisan.
Perlunya Pembaptisan juga ditegaskan dalam Mrk. 16:16: “Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan, tetapi siapa yang tidak percaya akan dihukum.” Di ayat itu, Pembaptisan dikaitkan dengan percaya alias iman. Orang mau dibaptis karena beriman kepada Sang Kristus, begitu nalarnya.
Baptis Darah dan Rindu
Dengan cantik, Katekismus berujar: “Tuhan telah mengikatkan keselamatan pada Sakramen Baptis.” Bagaimana dipahami? Dengan itu, mau dinyatakan bahwa keselamatan kekal memang diperoleh melalui Pembaptisan. Simpelnya, kalau mau mendapat keselamatan kekal, maulah dibaptis dalam nama Allah Tritunggal; maka, selamat kau. Sekali lagi, Pembaptisan jangan dilepaskan kaitannya dengan iman kepada Kristus.
Namun, pada baris yang sama, Katekismus serentak mengingatkan: “Tuhan sendiri tak terikat pada sakramen-sakramen-Nya.” Meski sakramen membuahkan keselamatan, Tuhan mahakuasa punya cara lain untuk menyelamatkan umat manusia, ini yang mau dikatakan dalam baris tersebut.
Cara lain itu seperti apa contohnya? Pada nomor berikutnya, Katekismus memaparkan adanya “baptis darah” dan “baptis rindu”. Keduanya adalah istilah untuk menyebut keadaan orang yang mati dalam status belum dibaptis, tetapi ia menerima buah-buah baptisan. Bagaimana itu?
Ada orang tertentu yang mati karena imannya kepada Kristus dalam keadaan belum dibaptis. Orang seperti itu, dalam keyakinan Gereja, selamat. Ia belum menerima Sakramen Baptis, namun “dianggap” telah dibaptis oleh kematiannya itu untuk dan bersama Kristus.
Baptis darah: istilah untuk menyebut orang yang mati dalam iman dengan tertumpah darahnya, seperti martir, dalam keadaan belum dibaptis. Baptis rindu itu mirip dengan baptis darah, hanya saja tidak ada penumpahan darah; mati sewajarnya. Amin.
▪ Acuan: Katekismus Gereja Katolik No. 1257-1258
Rev. D. Y. Istimoer Bayu Ajie
Katekis Daring