Latest News

Showing posts with label Gereja Katolik. Show all posts
Showing posts with label Gereja Katolik. Show all posts

Sunday, March 28, 2021

100% KATOLIK DAN 100% INDONESIA....

*100% KATOLIK DAN 100% INDONESIA....*
"Mestinya umat Katolik berterima kasih buat Republik Indonesia yang diproklamasikan secara sepihak itu, bahwa semestinya mereka tidak menolak Republik, tetapi memberikan bantuan dan dukungan kepadanya. Kami berjanji akan bekerja sama dengan semua lapisan masyarakat untuk mewujudkan kemerdekaan teguh dan kemakmuran negara."

*Itulah pidato pernyataan sikap Romo Soegijapranata* saat mendengar Proklamasi telah dikumandangkan. Bahkan Bung Karno pun tertegun setelah mendengar pernyataan Romo yang Nasionalis ini.

*Hubungan Presiden Soekarno dengan Romo Soegija* memang terbilang unik, dekat dan saling memahami. Romo selalu menyebutnya dengan panggilan hormat 'Bapak Presiden', sementara sang Presiden selalu memanggilnya 'Romo Kanjeng'. Telah berulangkali Bung Karno meminta sang Romo untuk memanggilnya cukup dengan 'Bung' saja, tetapi beliau tetap memanggilnya dengan sebutan 'Bapak Presiden'.

*Romo yang pernah "menyerahkan" kepalanya pada tentara Jepang* saat gereja keuskupan Semarang akan diambil alih mereka dengan mengatakan....

" Ini adalah tempat yang suci. Saya tidak akan memberi ijin. Penggal dulu kepala saya maka tuan baru boleh memakai nya!"..... 

Saat Bung Karno ditahan Belanda di Prapat dan Bangka dari bulan Desember 1948 sampai dengan Juli 1949, jarang ada yang tahu bahwa Romo Soegijapranata lah yang mengurus rumah serta  makanan sehari-hari bagi Ibu Fatmawati serta anak-anaknya.

Pada tanggal 22 Juli 1963, Bung Karno masih tertidur ketika ia dibangunkan ajudannya untuk menyampaikan berita mengejutkan bahwa sahabatnya telah berpulang...

Dalam perjalanan menuju sidang kedua Konsili Vatican, Uskup Soegijapranata meninggal dunia di Steyl, Belanda, dalam usia 66 tahun.

Mendengar berita itu, Bung Karno lalu memerintahkan untuk membawa jenazah sang Uskup pulang ke Indonesia. Padahal sebuah tempat di Vatikan sudah disiapkan untuk makam Uskup pribumi pertama dari Indonesia ini, tapi Bung Karno tetap ngotot meminta agar makam sang Romo harus kembali ke Tanah Airnya.

Pada tanggal 26 Juli 1963, saat pesawat yang membawa sang Uskup masih dalam perjalanan ke Indonesia, Bung Karno menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional untuk Albertus Soegijapranata.

Jenazah sang Uskup akhirnya tiba di Jakarta pada tanggal 28 Juli 1963, dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Giri Tunggal, Semarang, dua hari kemudian.

Diantara makam-makam yang sederhana dengan bentuk yang hampir sama, berdirilah makam yang berbeda. Bung Karno menyumbang uangnya sendiri sebesar Rp 1.000.000,- untuk membangun sebuah makam peringatan di atas bukit kecil. Pada batu nisan tertera riwayat hidupnya dan juga lambang bintang Pancasila. Pada keempat tiangnya tertera tempaan besi keempat lambang Pancasila lainnya.

*Sebuah pengenang untuk pernyataannya yang terkenal: 100 % Indonesia dan 100 % Katolik.*
Beny Rusmawan
Part 1
*Catet: Sepanjang Putaran Lagu Rohani Ini Anti Intrupsi Iklan*
*Lagu rohani paling menyejukkan hati,instrumen gitar* 
*Selamat Terhibur Bersama:*



Part 2
*Catet: Sepanjang Putaran Lagu Rohani Ini Anti Intrupsi Iklan*
10 reggae rohani terbaik versi instrumen gitar

Part 3
*Catet: Sepanjang Putaran Lagu Rohani Ini Anti Intrupsi Iklan*
*20 Lagu rohani penyejuk hati*


Tuesday, February 2, 2021

Pengertian Dari Magisterium Dan Katolik Secara Jelas Dan Cerdas Dari Romo Ndeso, Mari Sebentar Berkatekese.

*Catet: Sepanjang Video Katekese ini Tidak Ada Intrupsi Iklan*
*Pengertian Dari Magisterium Dan Katolik Secara Jelas Dan Cerdas* 
*Bersama Romo Ndeso, Mari Sebentar Berkatekese.*
_*Dimana Ada Iman Disitu Ada Jalan.*_

Sunday, January 10, 2021

ROMO ALFONS KRITIK PENDETA GILBERT LUMOINDONG YANG MENIRU-NIRU KATOLIK

*ROMO ALFONS KRITIK PENDETA GILBERT LUMOINDONG 
YANG MENIRU-NIRU KATOLIK*
*Catat: Video ini tidak ada intrupsi iklan.*


Romo Alfons Kolo Kritik Pdt Gilbert Lumoindong yang Meniru-niru Katolik

1. Romo Alfons Kolo mengkritik Pdt Gilbert dengan berkata, antara lain: 
"Apa yg dilakukan Pdt Gilbert jelas itu meniru Gereja Katolik... ikut2an G Katolik. Rupanya dlm kebaktian di gerejanya, jika hanya menggunakan pakaian biasa, merasa ada yg kurang. Maka ia mulai meniru pakaian liturgi G Katolik. Maka, kita dpt bertanya: 'Apa motivasi Pdt Gilbert Lumoindong mulai meniru apa yg khas di G Katolik?. (Apa motivasimu?)'. Jangan2 ada hubungannya dengan apa yg pernah dikatakannya dalam video perbincangan Pdt Gilbert dengan ex-Romo Yos Koko, pada beberapa waktu yll". 

2. Kritik Rm Alfons   Kolo itu terkait juga dengan video Pdt  Gilbert, dimana di video itu Pdt Gilbert berkata kpd ex Romo Yos Koko, a.l.:
" Romo,.. Pertama- tama saya minta maaf...(3x), karena "kita" dari Gereja kalangan Pentakosta, Kharismatik, Aliran2 Tepuk2 Tangan ini sebetulnya banyak berdosa dengan (thdp) G Katolik, ...ya kan? Karena "banyak" umat yang dari G Katolik pindah ke "kita". Jadi kita berdosa..kan kepada G Katolik. "

3. Dengan percakapan di video itu, Romo Alfons Kolo selanjutnya mempertanyakan:
" Mengapa Pdt Gilbert merasa berdosa terhadap Gereja Katolik? Apakah umat Katolik yg pindah ke gereja anda itu karena "propaganda" yg dilakukan untuk menarik umat Katolik pinda ke gerejamu? Apakah dgn meniru-niru yg khas G Katolik seperti Memakai Kasula adalah motivasi anda yg mengelabui umat Katolik supaya pindah ke gerejamu?

4. Pesan Romo Alfons Kolo kpd umat Katolik:
 Setialah kepada Gereja yang Satu, Katolik dan Apostolik. Jangan merasa rumput di sebelah lebih hijau.

Friday, December 11, 2020

Gereja Katolik Papua Keluar Dari KWI ?

Gereja Katolik Papua Keluar Dari KWI ? Hari ini, bersamaan dengan peringatan hari HAM sedunia, para paderi (imam) Katolik yang berkarya di tanah Papua membuat sebuah seruan. Mereka membuat live streaming dan membacakan pernyataan "Kekerasan Tidak Akan Menyelesaikan Permasalahan di Tanah Papua." Yang berbicara mewakili 147 imam yang berkarya di Papua adalah Pastur John Bunay Pr. 

“Kami menyuarakan rintihan hati nurani ibu-ibu hamil dan yang sedang menyusui, anak-anak kecil, orang tua dan anak muda, orang-orang yang sakit, yang buta, yang tuli dan yang lumpuh, semua yang tak berdaya. Mereka semua yang kini hidup dalam kecemasan dan ketakutan di seluruh tanah papua, terutama di kampung-kampung pedalaman," demikian bunyi pernyataan itu.

Mereka menyatakan bahwa kekerasan tidak akan menyelesaikan masalah. Mereka mendorong terjadinya dialog dan perundingan antara TNI/Polri dan kelompok bersenjata. ( lanjutkan baca 👉)

Namun bagian yang paling pedas disimpan untuk Gereja Katolik Indonesia, khususnya para uskup yang memimpin gereja Indonesia. Mereka mempertanyakan sikap diam gereja Indonesia terhadap persoalan Papua. 

“Mengapa Bapak-bapak Pimpinan Gereja Katolik Indonesia tidak membahas secara holistik, serius dan tuntas mengenai konflik terlama di Tanah Papua dalam rapat tahunan KWI? Ada apa dengan Tanah Papua ini?”, demikian kata Pastor John Bunay, Pr. 

“Kami merasa heran dan sekaligus tersisih, karena mendengar bahwa KWI begitu cepat menyatakan sikap dan ungkapan dukacita terhadap peristiwa kekerasan yang terjadi di Lewonu, Lembantongoa, Palolo, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, sedangkan duka dan kecemasan serta terbunuhnya manusia Papua terasa luput dari perhatian, perlindungan, dan bela rasa KWI." 

Para imam ini tidak hanya mempertanyakan sikap KWI. Namun juga para pemimpin gereja (uskup) dan para pemimpin kongregasi (tarekat) yang berkarya di Papua. Mereka pun diam juga.

Gereja Papua semakin menjadi gereja pribumi. Makin banyak imam adalah orang asli Papua. Namun dari empat keuskupan tidak satu pun dipimpin oleh orang Papua. Hanya satu Administrator Apostolik yang dipimpin oleh Orang asli Papua. 

Orang yang mengerti sejarah, tentu tahu bahwa Gereja Katolik Indonesia turut andil dalam Pepera 1969 yang menyatukan Papua Barat dengan Indonesia. Peranannya sangat mirip dengan waktu invasi Indonesia ke Timor Leste pada tahun 1975. Banyak orang-orang Katolik yang berbakti kepada rejim Orde Baru terlibat dalam proses yang brutal ini. 

Sangat tidak mengherankan bila gereja Katolik Indonesia bersikap diam  terhadap semua hal yang terjadi di Papua. Bahkan gereja Indonesia sangat terlambat menanggapi pembunuhan dua Katekis (guru agama) di Intan Jaya yang terjadi bulan lalu. walau akhirnya Ketua KWI beraudiensi dengan Menko Polhukam untuk membahas persoalan itu. Tapi itu dilakukan dengan low profile untuk menghindari perhatian. 

Saya tidak tahu darimana asalnya sikap ini. Namun semalam saya membaca artikel dari Prof. Dr. Franz Magnis Suseno, SJ di majalah Hidup Katolik. Tulisan itu berjudul "Kita dan HRS." Prof. Magnis mempersoalkan kejadian-kejadian seputar Habib Rizieq Shihab sepulangnya dari Saudi Arabia. 

Pendirian Prof. Magnis adalah bahwa soal HRS adalah soal umat Islam. Orang Katolik sebaiknya tidak turut campur. Namun orang Katolik sebaiknya bersikap mendukung pemerintah. Saya tertarik pada kalimat pembuka di satu paragraf yang dia tulis, "Dan satu hal mesti jelas: pemerintah dapat mengandalkan loyalitas kita."

Saya melihat sikap politik yang amat sinis disini. Kalau boleh saya gambarkan dengan kalimat saya sendiri: biarlah umat Islam saling berantem (dan mungkin saling bunuh juga), kita tidak ikut campur. Soal Rizieq adalah soal internal umat Islam. 

Prof. Magnis juga menilai tinggi keberhasilan pemerintahan Jokowi, khususnya dalam menangani Covid (catatan: kita terburuk di antara negara-negara di Asia Tenggara). 
 
Tapi itulah sikap para klerus dan sebagian besar orang Katolik Indonesia: loyal dan setia hingga ke bulu-bulunya kepada pemerintah yang berkuasa. Tidak mengherankan bila mereka diam bahkan ketika pekerja-pekerja gereja Katolik di Papua dibunuh dan terancam hidupnya. 

Saya tahu, sebagian besar dari mereka bersorak ketika enam orang anggota FPI dibunuh oleh polisi. Mereka yang bersuara kritis ditenggelamkan sebagai pembela teroris. Hilang semua moral gereja yang melarang untuk membunuh sesama manusia apapun alasannya. 

Jangan mengira bahwa hanya orang Islam di Indonesia yang takut kepada orang Kristen. Jangan dikira bahwa hanya kalangan Muslim yang terhinggap penyakit delusional terhadap orang Kristen dan Katolik. 

Sesungguhnya, orang Kristen dan Katolik jauh lebih takut kepada umat Islam. Kultur ketakutan ini sedemikian mendalam. Sehingga selalu ada kebutuhan untuk bergantung pada penguasa yang mau melindunginya. Syukur-syukur bisa sedikit menyetir kebijakannya. 

Kultur ketakutan itulah yang menjadi pendorong utama "minus malum" -- suatu sikap memilih setan. Dulu pada jaman awal Orde Baru, pilihan yang dibuat adalah antara kelompok Islam dan militer. Orang-orang Katolik memilih militer. Tahun kemarin pilihan antara Prabowo dan Jokowi, pilihannya kepada yang kedua. Sekalipun kemudian Jokowi berangkulan dengan Prabowo. Mereka tetap setia. 

Tidak ada jalan moral ketiga dalam minus malum. Karena dasar minus malum adalah memaksimalkan keuntungan yang lahir dari ketakutan. Ini adalah nafsu berkuasa namun sadar kekuatannya kecil (dan pengecut juga!). 

Kultur ketakutan ini terjadi pada jaman Orde Baru. Dan masih terjadi di jaman sekarang ini. Kultur ketakutan itu bangkit kembali ketika Ahok diturunkan dari kursi Gubernur DKI oleh Rizieq dengan kekuatan massa. Exit poll pada Pilpres 2019 memperlihatkan bahwa lebih dari 90% orang Kristen/Katolik memilih Jokowi. 

Kultur ketakutan itulah yang sangat hidup, terutama pada gereja Katolik Indonesia. Jadi sekali lagi, tidak heran bila seperti yang dikatakan Prof. Magnis, loyalitas mereka dapat diandalkan. Hingga ke bulu-bulunya! 

Gereja Katolik Papua harus berhadapan dengan kultur dan mental ketakutan ini. Tidak akan pernah Gereja Katolik Indonesia berdiri untuk berbela rasa dengan orang-orang Papua. Apalagi mempertahankan keadilan dan hak hidup orang-orang Papua. 

Oleh karena itu, saya kira, pemikiran yang saya dengar dari beberapa imam dan suster di Papua, untuk memindahkan gereja Papua ke dalam Konferensi Waligereja Papua Nugini dan Kepulauan Salomon (Catholic Bishops Conference
Papua New Guinea & Solomon Islands) menjadi sangat masuk akal. 

Orang-orang Katolik Papua tidak akan pernah selamat dalam kultur ketakutan dan mencari aman sendiri yang hinggap dalam tubuh gereja Katolik Indonesia. 

Kesetiaan mereka kepada penguasa adalah kesetiaan hingga ke bulu-bulunya. 

Link berita:  https://bit.ly/37Rp9pB 
Foto: Pastor John Bonay, Pr/Foto: Katolikana (screenshoot Komsos Jayapura).

Friday, June 26, 2020

Bung Karno Dan Gereja Katolik Di Indonesia


*"Hubungan erat antara Bung Karno dan Gereja Katolik”*

Saat datang ke Ende 1951, Sukarno seperti menjawab harapan Huijtink. Di atas podium, di lapangan Ende, Sukarno berkata:

“Ketika saya berada di Ende tahun 1934 saya berkenalan dengan seorang pater yang bernama Huijtink. Adakah pater tersebut di antara saudara-saudara?”

Huijtink mengangkat tangan. Sukarno memintanya maju ke podium.

“Dulu, aku datang ke Ende sebagai tahanan dan orang buangan dan Pater Huijtink banyak sekali membantuku. Sekarang, aku kembali ke Ende sebagai presiden. Apa yang Pater Huijtink minta dari presiden?” kata Sukarno.

Huijtink menjawab cepat, “Tuan Presiden, saya tidak meminta apa pun yang lain. Saya hanya punya satu keinginan: menjadi warga negara Indonesia.”

Sukarno spontan menanggapi permintaan Huijtink, “Sejak saat ini saya sebagai Presiden Republik Indonesia memutuskan untuk memberikan kewarganegaraan kepada Pater Huijtink. Hal-hal yang menyangkut urusan administratif akan diatur di kemudian hari.”

Huijtink akhirnya tercatat sebagai warga negara Indonesia dan mengabdikan hidupnya sebagai pastor di Ende. Ia meninggal dan dimakamkan di sana juga.

Selain mengenal Huijtink, dalam otobiografinya, Sukarno juga mengatakan belajar agama Kristen kepada Frans van Lith, seorang imam Yesuit asal Oirschot, Belanda, yang meletakkan dasar karya Katolik di Jawa.

"Kupelajari agama Kristen pada Van Lith. Aku terutama menaruh perhatian pada Khotbah di Atas Bukit. Inspirasi Yesus menyemangati orang‐orang syahid yang mula‐mula, karena itu mereka berjalan menuju kematiannya sambil menyanyikan Zabur pujian untuk‐Nya, karena mereka tahu: Kami meninggalkan Kerajaan ini, akan tetapi kami akan memasuki Kerajaan Tuhan."

"Aku berpegang teguh pada itu. Aku membaca dan membaca kembali Injil. Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru tidak asing lagi bagiku. Aku seringkali mengulang mempelajarinya. Kemudian aku membaca Al Quran."

Peran Frans sangat besar dalam perkembangan agama Katolik di sekitar Jawa Tengah seperti Semarang dan Magelang. Ia juga seorang tokoh pendidik, yang mendirikan sejumlah sekolah Katolik untuk pribumi.

Pada tahun 1911 dibuka secara resmi seminari (sekolah calon pastor) pertama di Indonesia. Satu lulusan di antaranya adalah Soegijapranata, yang kemudian menjadi Uskup Keuskupan Agung Semarang---uskup pertama pribumi.

Soegija sangat dekat dengan Sukarno. Ketika Revolusi Indonesia berkecamuk, Soegija menggalang kekuatan umat Katolik untuk mendukung penuh kemerdekaan Indonesia. Semboyannya yang terkenal adalah 100% Katolik, 100% Indonesia.

Saking dekat secara emosional, Sukarno tak rela Soegija yang meninggal di Belanda pada 22 Juli 1963 dimakamkan di sana. Sukarno ingin Soegija dimakamkan di Indonesia. Jenazah pun segera dibawa pulang. Setahun berikutnya, Sukarno mengangkat Soegija sebagai pahlawan.

Sekolah gagasan Frans juga melahirkan tokoh penting Indonesia lain, sebutlah Ignatius Joseph Kasimo yang merupakan pendiri Partai Katolik Indonesia. Kasimo adalah bagian pelopor kemerdekaan, yang menjadi menteri beberapa kali dalam pemerintahan Sukarno.

Dan, seperti itulah, ide kebangsaan Sukarno tentang 'Bhineka Tunggal Ika' akhirnya memang diterima dunia---tak terkecuali oleh Vatikan, pusat gereja Katolik. Sukarno tercatat menerima tiga medali kehormatan tertinggi dari Vatikan.

Medali pertama diterima pada 13 Agustus 1956 dari Paus Pius XII. Yang kedua dari Paus Yohanes XXIII, pada 14 Mei 1959. Ketiga kalinya, pada 12 Oktober 1964, Paus Paulus VI yang menyematkannya.

Pada kunjungan terakhirnya ke Vatikan Sukarno bahkan dibuatkan perangko khusus dan dihadiahi lukisan mosaik Castel san Angelo Vatican.

"Aku seorang Islam yang hingga sekarang telah memperoleh tiga buah medali yang tertinggi dari Vatikan. Bahkan presiden dari Irlandia pun mengeluh padaku bahwa ia hanya memperoleh satu," kata Sukarno.

Saturday, June 6, 2020

GEREJA KATOLIK TIDAK TUNDUK PADA AGENDA GLOBALIS


Semoga Umat Katolik Tidak Dibingungkan Dengan Pewartaan CN 
Di Media Sosil Sekarang ini.

Monday, July 16, 2018

Politikus dan Gereja



Saya pikir kerja politikus sekarang itu lebih banyak memanipulasi kepentingan rakyat.Siapa pun dia,yang masih mengaku sebagai anggota Gereja mustinya, khususnya sebagai calon pemimpin masyarakat haruslah selalu berorientasi kepada PELAYANAN.

Setiap pemimpin di antara kita diutus untuk melayani rakyat,bukan memanfaatkan rakyat.Kenyataannya,para pemimpin di Senayan sono kerjanya lelbih banyak menyengsarakan rakyat,lokasi itu dijadikan tempat koalisi dagang,tempat mengumpulkan harta.Tidak usah kita terlalu jauh melihat, dari sekian 500 ratus lebih (hampir semua ) aggota DPR terlibat kasus E-Ktp, kecuali Ahok,yang sekarang berada di penjara sekarang ini ! 

Kita sering mengaku anggota Gereja,pengikut Yesus,tapi tindakan di belakang pengakuan kita justru terbalik 160 derajat.Politikus kita sering berdagang dihalaman Gereja, sayangnya yang dijual itu bukan barang tapi orang.Memanfaatkan sesama itu sama dengan menjual sesama.Pada hal menjadi pengikut Yesus itu kita seharus kita menjual barang,bukan orang.Yesus berkata,"juallah segala milikmu dan ikutilah Aku".Yesus meminta untuk menjual milik kita, bukan menambah atau menimbun apa yang menjadi milik kita.

Setelah kita menjual barang itu hasilanya kita bagikan kepada orang lain.Intinya disini adalah kita diperintahkan untuk MEMBERI.Mengasih sesuatu kpd orang lain.Bukan meminta sesuatu atau memanfaatkan orang lain.Keterlibatan seseorang dalam politik adalah sangat sejalan dengan misi Yesus,yaitu kepedulian terhadap sesama dan negara (Penyelenggara Negara).

Setiap kita diminta menjadi garam dan terang bagi sesama.Sesama bukan object politis, melainkan tempat kita melayani sesama.Dosa paling berat menurut saya adalah dosa seorang plitikus, yg tidak melaksanakan misi seperti misi Yesus Kristus (Gereja).Mengapa ? Karena seorang politikus berhadapan dengan orang,bukan barang atau binatang.

Di hadapan Tuhan itu yang paling penting dan utama adalah orang (manusia).Manusia merupakan citra Allah,wakil Allah di dunia,dan tidak bisa dan pelanggaran besar mempermainkan citra Tuhan, karena manusia merupakan Rumah Roh Kudus, tempat di mana Allah menyatakan existensinya di dunia.Selamat siang.(JMG)

Thursday, June 13, 2013

Umat Pentakosta di Asia Meningkat, Gereja Katolik Harus Turun Gunung

Pentacostalisme berkembang secara global (Foto: Godswill Ministries)

Umat Kristen Pentakosta atau Karismatik bertumbuh pesat di Asia, terutama di kalangan kaum migran perkotaan dan kelompok minoritas etnis, demikian analisis yang baru-baru ini disajikan di Roma. Beberapa analis telah menyimpulkan bahwa pertumbuhan yang cepat ini bisa mendorong Gereja Katolik untuk mengubah kulturnya, yang selama ini  ditandai dengan klerikalisme berlebihan dan pemerintahan �dari atas ke bawah� (top-down).

Pastor John Mansford Prior SVD, seorang misionaris untuk Indonesia sejak tahun 1973, membahas pertumbuhan Pentakostalisme di Asia selama konferensi pada awal bulan ini  tentang �Gerakan Agama Baru� yang diselenggarakan oleh Konferensi Waligereja Jerman.

Gerakan Pentakosta dimulai pada awal abad ke-20, yang muncul dari dorongan untuk pengalaman pribadi akan Tuhan dan pembaharuan spiritual melalui baptisan Roh Kudus. Ini memberikan penekanan utama pada �karunia� Roh, termasuk berbicara dalam bahasa roh, penyembuhan ajaib dan bernubuat.

Sementara istilah Pantekosta biasanya digunakan untuk merujuk pada gerakan-gerakan baru dan Gereja-gereja independen yang bermunculan dari gerakan itu, istilah karismatik umumnya digunakan untuk kelompok yang membawa spiritualitas Pantekosta dalam Gereja-gereja tradisional.

Dalam Gereja Katolik ada kelompok-kelompok seperti Pembaharuan Karismatik Katolik atau El Shaddai, yang memiliki 2 juta anggota terdaftar dan sekitar 7 juta pendukung di Filipina.

�Pentakostalisme telah mengakar di kalangan minoritas-minoritas etnis Asia dan kelas-kelas sosial yang kurang memiliki kekuatan secara politis atau pun ideologis,� tulis Pastor Prior dalam sebuah laporan yang dipresentasikan dalam konferensi itu.

Dalam sebuah wawancara dengan ucanews.com, Pastor Prior memperingatkan bahwa dalam menanggapi pertumbuhan �gerakan baru� ini di Asia, Gereja Katolik harus mengubah mentalitas dan kulturnya, atau risiko kehilangan umatnya dari benua itu.

Di Asia, Pentakostalisme adalah fenomena perkotaan: �Orang-orang yang kehilangan identitias desa dan budaya mereka,� yang �merasa tidak aman di kota sebagai migran,� lalu bergabung dengan komunitas Karismatik dan Pentakosta baru karena di sana mereka menemukan �hubungan yang hangat� dan �memiliki tempat� sementara �paroki-paroki Katolik di kota-kota memiliki umat yang banyak, tak dikenal, sangat ritualistik,� kata Pastor Prior.

Karena lebih dari 50 persen orang Asia kini tinggal di kota-kota, fenomena ini terus berkembang. Faktanya, menurut Pastor Prior, sudah 40 persen dari orang-orang Kristen Asia menyebut diri mereka sebagai Karismatik atau Pentakosta.

Hal ini juga kuat di kalangan etnis minoritas, termasuk Tionghoa di Indonesia. �Pentakostalisme mengangkat martabat dan identitas kelompok etnis minoritas dan memberikan kenyamanan, komunitas yang akrab dan saling membantu di antara para migran perkotaan yang belum mapan� yang �agaknya � kurang mendapat perhatian dari agama atau Gereja mereka sebelumnya,� tulis Pastor Prior dalam laporannya.

Tidak seperti di Amerika Latin, dan pengecualian Korea Selatan, dan  Cina (meskipun data yang dapat dipercaya sulit didapat), kelompok-kelompok Pentakosta di Asia tidak secara eksplisit menekankan �injil kemakmuran� yang menempatkan hubungan langsung antara iman dan keberhasilan ekonomi.

Tapi, Pastor Prior mencatat bahwa ketika orang-orang bergabung dengan kelompok-kelompok ini, mereka menjadi tenang, tidak mabuk-mabukan, tidak berjudi, bahkan laki-laki menjadi lebih setia kepada istri-istri mereka, karena itu mereka menjalani kehidupan hemat dan secara otomatis mereka maju dalam skala sosial.�

Sementara di Amerika Latin pertumbuhan Pentakostalisme telah bersamaan dengan eksodus besar-besaran dari Gereja Katolik, misalnya, populasi umat Katolik di Brasil turun dari 90 persen pada  tahun 1970 menjadi hanya 65 persen tahun 2010. Di di Asia �tidak banyak umat Katolik meninggalkan Gereja karena Gereja telah terbuka untuk menerima kelompok-kelompok tersebut,� kata Pastor Prior.

Bahkan, kebijakan resmi dari Federasi Konferensi Waligereja Asia dan konferensi-konferensi waligereja di seluruh benua Asia telah berdampak �sangat positif.� Namun, dalam beberapa kasus telah terjadi �ketegangan� dengan mayoritas masyarakat, baik itu Muslim, Hindu atau Buddha, karena kadang-kadang penginjilan yang agresif menjadi kendala gerakan baru itu.

Hal ini pada gilirannya dapat berdampak pada orang Kristen karena seringkali umat non-Kristen �tidak membedakan antara kelompok-kelompok evangelis dan Gereja-gereja utama.�

Namun, Pastor Prior memperingatkan bahwa untuk memasuki energi spiritual baru yang terungkap dalam pertumbuhan kelompok Pantekosta itu, Gereja masih �terlalu mono-kultural, terlalu klerikal, terlalu top down.�

Di Korea, misalnya, umat Katolik hanya 10 persen dari populasi, sementara Gereja-gereja Protestan, yang sebagian besar telah �berjiwa Pentakosta,� kini jumlahnya menjadi 25 persen dari populasi dan terus bertumbuh. Di Korea, �gerakan karismatik tidak terlalu kuat dalam Gereja Katolik karena Gereja Korea adalah sebuah Gereja yang sangat klerikal.�

Bagi misionaris SVD itu, klerikalisme �tidak bisa bekerja di dunia modern, dunia maya, dunia yang serba terbuka. Hal ini tidak berguna.�

Di sisi lain, hanya menyambut gerakan baru dalam Gereja tidak cukup.

Sebuah kajian Konferensi Waligereja Jerman �yang dipresentasikan dalam  konferensi di Roma itu menunjukkan bahwa �meskipun gerakan Karismatik sangat besar di Filipina dan melibatkan semua kelas sosial, kelas-kelas itu dipisahkan sesuai dengan gerekan yang berbeda. Setiap gerakan memperhatikan kelompok-kelompok tertentu, sehingga sebenarnya mereka tidak saling kontak.�

Pastor Prior mencatat: �Menurut survei, banyak umat Katolik akhirnya bergabung dengan Gereja-gereja Pentakosta karena mereka memiliki hubungan pribadi dengan Kristus, yang tidak mereka dapatkan dalam paroki-paroki yang penuh dengan ritual. Itu adalah tragis.�

Sebagian ini terjadi karena jumlah pastor yang ditahbiskan Gereja tidak  memadai.

Ini mungkin menjadi sebuah pertanyaan � antara lain � soal tuntutan selibat. Namun, perubahan yang terjadi dalam kekristienan di Asia membutuhkan tindakan. Jika tidak, kata Pastor Prior, �Saya pikir kita akan menyaksikan semakin lebih banyak orang meninggalkan [Gereja Katolik] untuk menemukan kontak spiritual mereka dengan Kristus dalam komunitas lebih kecil, lebih hangat seperti Gereja-gereja Pentakosta.�

Friday, May 24, 2013

Dipo : Franz Magnis Matanya Dangkal dan Memprovokasi

"Jadi, kata-kata Pak Magniz itu, maaf ya, dia matanya dangkal dan cenderung memprovokasi," kata Dipo di kantor Kepresidenan, kepada wartawan di Jakarta.

Dipo Alam

SEKRETARIS Negara Dipo Alam mengomentari protes yang disampaikan Franz Magnis atas penghargaan World Statesman Award yang bakal diterima SBY dari Appeal of Conscience Foundation (ACF).

Dipo Alam tidak setuju Presiden SBY dianggap tidak pernah membela minoritas.


"Saya tidak setuju kalau Franz Magnis bilang presiden tidak pernah ucapkan sepatah katapun tentang membela minoritas. Saya punya buktinya, baik di sidang kabinet, maupun hasil sidang kabinet, pidatonya ada. Jadi tidak mungkin kalau dibilang presiden tidak beri perhatian terhadap minoritas," kata Dipo di Istana Negara, Jakarta, Selasa (21/5/2013).


"Jadi, kata-kata Pak Magniz itu, maaf ya, dia matanya dangkal dan cenderung memprovokasi," kata Dipo di kantor Kepresidenan, kepada wartawan di Jakarta.  "Melihat Indonesia seolah-olah yang hanya ada di TV dengan adanya konflik-konflik begitu."


Menurut Dipo penghargaan yang akan diberikan AFC bukan diminta pihak pemerintah Indonesia maupun SBY.


"Itu kan bukan kita yang minta. Yang jelas selama ini Presiden tidak pernah minta. Kita tidak ada minta-minta supaya ada penghargaan itu. Itu kan recogniztion mereka," ujar Dipo.


Namun, Dipo menyatakan adalah hak Frans Magnis menuliskan protesnya. Begitu pun dengan pemberi penghargaan adalah hak mereka untuk memberikan kepada siapa.


Lebih lanjut Dipo meminta agar Frans Magnis tidak membawa-bawa masalah Ahmadiyah, Syiah dan gereja Yasmin dan sebagainya dibawa-bawa untuk mewakili 250 juta penduduk negeri ini. Pun demikian, jangan hanya melihat yang ada di televisi, misalnya tindakan bakar-bakaran. Meskipun hal itu tidak dipungkiri terjadi.


"Kita negara besar dan times to times. Jadi kata-kata pak Magniz itu maaf kata ya, dia matanya dangkal, melihat Indonesia seolah-olah yang hanya ada di TV, dengan adanya konflik-konflik begitu," ujarnya.


Lebih jauh Dipo menjelaskan, masalah mayoritas dan minoritas janganlah diperdebatkan. Hal itu juga terjadi di belahan bumi lain, selain Indonesia.


"Timur di barat, semua itu ada. Di beberapa negara juga begitu. Yang penting adalah ketika presiden mengajak para gubernur dan bupati, mustinya mereka yang paling tahu, mustinya bisa mencegah, bukan kita melempar tanggung jawab,"katanya.


"Tapi sekali lagi saya enggak setuju lah itu Magniz, seolah-olah dia yang mewakili, jadi harus izin dia dulu," tambahnya.


Profesor bidang filsafat, Frans Magnis Suseno, menganggap sudah menjadi kewajiban bagi Dipo Alam selaku sekretaris kabinet untuk membela Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. "Adalah hak Pak Dipo Alam untuk memberikan pendapat, apalagi beliau wajib membela presiden," kata Frans kepada wartawan Kamis, 23 Mei 2013.

 

Franz Magnis Suseno memprotes penghargaan SBY

Frans Magnis melalui surat keberatannya memprotes :

Pemberian penghargaan dari lembaga yang berasal dari New York, Amerika Serikat, itu dengan dua pertimbangan.


Pertama, menurut Franz Magnis, SBY selama 8,5 tahun kepemimpinannya tidak pernah menyatakan kepada rakyat Indonesia untuk menghormati minoritas.


Kedua, SBY tidak pernah melindungi kelompok yang menjadi korban kekerasan seperti dalam kasus Ahmadiyah dan Syiah yang dicap sesat oleh kelompok aliran keras.


Menurut Frans Magnis, yang terpenting bagi Indonesia adalah mengakui terhadap identitas dan keutuhan kelompok minoritas. BIla penghargaan tetap diberikan kepada SBY, Franz Magnis menganggap hal tersebut mendiskreditkan klaim lembaga ACF yang menyebut diri, organisasi yang mempromosikan perdamaian, demokrasi, toleransi, dan dialog antarkepercayaan
 

 

Sumber : http://politik.pelitaonline.com/news/2013/05/23/dipo-franz-magnis-matanya-dangkal-dan-memprovokasi#.UZ6w2mdoHIU

Thursday, May 23, 2013

Surat Protes Romo Franz Magnis Suseno SJ untuk ACF

Franz Magnis-Suseno, SJ

Pada akhir Mei 2013 ini, sebuah organisasi yang mempromosikan perdamaian, demokrasi, toleransi, dan dialog antar kepercayaan yang berbasis di New York, Amerika Serikat, Appeal of Conscience Foundation (ACF), akan memberikan penghargaan negarawan dunia 2013 atau �World Statesman Award� kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Berikut terjemahan bebas surat protes Romo Franz Magnis-Suseno SJ yang ditujukan kepada ACF.
**

Surat Terbuka Romo Franz Magnis Suseno SJ untuk ACF
Tuan-tuan dan Puan-puan dari Banding dari Appeal of Conscience Foundation (ACF),
Saya seorang pastor Katolik dan profesor Filsafat dari Jakarta. Kami di Indonesia mendengar bahwa Anda akan memberikan Penghargaan Negarawan Dunia tahun ini kepada Presiden kami, Susilo Bambang Yudhoyono karena jasanya dalam merawat toleransi beragama.

Rencana itu sangat memalukan, dan mempermalukan Anda sendiri. Itu dapat mendiskreditkan klaim apapun akan Anda buat sebagai sebuah institusi berlandaskan moralitas.

Bagaimana mungkin Anda dapat mengambil keputusan seperti itu tanpa meminta masukan dari kami yang mengalaminya langsung Indonesia? Mudah-mudahan Anda tidak membuat keputusan tersebut sekadar untuk menanggapi desakan dari orang-orang yang dekat dengan Pemerintah kami ataupun rombongan di sekitar Presiden.

Apakah Anda tidak tahu tentang kesulitan umat Kristen untuk berkembang dan mendapatkan izin membuka tempat ibadah, tentang meningkatnya jumlah penutupan paksa terhadap gereja-gereja, tentang banyaknya regulasi yang membuat kaum minoritas lebih sulit beribadah kepada Tuhan, serta intoleransi tumbuh begitu pesat di tingkat akar rumput? Dan secara khusus, apakah Anda tidak pernah mendengar tentang sikap memalukan dan sangat berbahaya dari kelompok agama garis keras terhadap apa yang disebut ajaran sesat, seperti jemaah Ahmadiyah dan warga Syiah? serta pemerintah yang dipimpin oleh Susilo Bambang Yudhoyono tidak melakukan apa-apa dan enggan mengatakan sepatah kata pun untuk melindungi mereka? Ratusan orang yang hidup di bawah kepemimpinan presiden Susilo Bambang Yudhoyono telah diusir dari rumah mereka, mereka masih hidup sengsara di tempat-tempat pengungsian seperti gedung olahraga, bahkan sudah ada jemaah Ahmadiyah yang dibunuh dan warga Syiah yang tewas (sehingga muncul pertanyaan apakah Indonesia akan memburuk kondisinya seperti di Pakistan dan Iran [seperti yang dikatakan Presiden GW Bush] di mana setiap bulan ratusan orang Syiah dibunuh dengan dalih agama)?

Tidakkah Anda juga tahu bahwa presiden Susilo Bambang Yudhoyono sejak pertama kali menjabat sampai 8 1/2 tahun kini, di istananya belum pernah satu kali pun ia mengatakan sesuatu kepada rakyat Indonesia, bahwa kaum radikal harus menghormati kaum minoritas?  ia telah mempermalukan diri sendiri dengan menghindari tanggung jawab terhadap meningkatnya kekerasan yang menimpa jemaah Ahmadiyah dan warga Syiah?

Sekali lagi, siapa sih yang Anda mintai informasi sebelum membuat keputusan terkait penghargaan Anda tersebut? Apa yang menjadi motivasi Anda untuk memberikan penghargaan itu kepada Presiden terkait toleransi beragama padahal ia sangat jelas tidak memiliki keberanian sedikitpun untuk menunaikan tanggungjawabnya melindungi kaum minoritas?

Saya harus menambahkan bahwa saya bukan radikal, juga bukan �ekstrimis hak asasi manusia� (jika ada istilah seperti itu). Saya sekadar menunjukkan bahwa begitu banyak kemunafikan. Anda dipermainkan oleh mereka - yang jumlahnya masih sedikit - kaum radikal yang ingin memurnikan Indonesia dari apa saja yang mereka anggap sebagai ajaran sesat dan kafir.

Franz Magnis-Suseno SJ

Penerjemah Bebas: T. Nugroho Angkasa S.Pd


English Version :

Open Letter of Franz Magnis-Suseno to the ACF
Ladies and Gentlemen of the Appeal of Conscience Foundation (ACF),
I am a Catholic Priest and professor of philosophy in Jakarta. In Indonesia we learnt that you are going to bestow this year�s World Stateman Award to our President Susilo Bambang Yudhoyono because of his merits regarding religious tolerance.

This is a shame, a shame for you. It discredits any claim you might make as a an institution with moral intentions.

How can you take such a decision without asking concerned people in Indonesia? Hopefully you have not made this decission in response to prodding by people of our Government or of the entourage of the President.

Do you not know about the growing difficulties of Christians to get permits for opening places of prayer, about the growing number of forced closures of churches, about the growth of regulations that make worshipping for minorities more difficult, thus about growing intolerance on the grassroot level? And particularly, have you never heard about the shameful and quite dangerous attitudes of hardline religious groups towards so called deviant teachings, meaning members of the Achmadiyah and the Shia communities, and the government of Susilo Bambang Yudhoyono just doing nothing and saying nothing to protect them? Hundreds of their people have under Susilo Bambang Yudhoyono�s presidentship been driven out of their houses, they still live miserably in places like sports halls, there have allready Achmadis and Shia people been killed (so that the question arises whether Indonesia will deteriorate to conditions like Pakistan dan Iran [favor of President G. W. Bush] where every months hundreds of Shia people are being killed because of religious motivations)?

Do you not know that President Susilo Bambang Yudhoyono during his up to now 8 1/2 years in office has not a single time said something to the Indonesian people, that they should respect their minorities? That he has shamefully avoided responsibility regarding growing violence towards Achmadiyah and Shia people?

Again, whom did you ask for information before making you award choice? What could be your motivation to bestow upon this President a reward for religious tolerance who so obviously lacks any courage to do his duty protecting minorities?

I have to add that I am not a radical, not even a �human right extremist� (if such exist). I am just appaled about so much hypocrisy. You are playing in the hands of those � still few � radicals that want to purify Indonesia of all what they regard as heresies and heathen.

Franz Magnis-Suseno SJ





Tuesday, April 9, 2013

Mursi: Menyerang Gereja Sama dengan Menyerang Saya

Mohamed Mursi
KAIRO, KOMPAS.com � Presiden Mesir Mohamed Mursi memerintahkan penyelidikan penyerangan Gereja Katedral Koptik yang menewaskan satu orang pada Minggu (7/4/2013).

"Serangan terhadap gereja itu sama dengan menyerang diri saya," kata Mursi dalam pernyataan resmi yang dikutip kantor berita Mesir, MENA.

Mursi juga memerintahkan penyelidikan menyeluruh terkait bentrokan yang terjadi setelah pemakaman warga Koptik yang tewas dalam bentrok sektarian.

Kantor berita MENA mengabarkan, 17 orang terluka dalam bentrokan setelah upacara pemakaman warga di Katedral Koptik di Kairo. Stasiun televisi pemerintah menayangkan ketika polisi antihuru-hara menembakkan gas air mata untuk membubarkan massa.

Dalam beberapa bulan terakhir, bentrok sektarian kerap terjadi di Mesir. Salah satu yang paling parah terjadi pada Jumat (7/4/2013), yang menewaskan empat warga Kristen Koptik dan satu warga Muslim di kota El Khusus, sebelah utara Kairo, setelah kedua kelompok terlibat baku tembak.

Seorang warga Koptik bersiap melemparkan batu ke arah kerumunan orang dalam bentrokan yang terjadi di dekat Katedral Koptik Santo Markus, Kairo, usai misa pemakaman empat warga Koptik yang tewas dalam bentrok sektarian di negeri itu.
Kerusuhan baru terjadi pada Minggu (7/4/2013), setelah ratusan warga Koptik yang marah, seusai menghadiri misa untuk warga yang meninggal di Katedral Santo Markus, turun ke jalan menyuarakan kemarahan mereka.

Setelah misa yang sangat emosional itu, sejumlah saksi mata mengatakan, para pemuda Koptik mulai melempari polisi dengan batu. Mereka juga merusak enam buah mobil dan membakar dua mobil lainnya. Aksi ini menyulut kemarahan warga Muslim yang kemudian menyerang para pemeluk Koptik.

Konflik antara Muslim dan Kristen terus meningkat sejak ambruknya kekuasaan Hosni Mubarak pada 2011. Pengganti Mubarak, Mohamed Mursi, yang disokong Ikhwanul Muslimin kemudian menjadi pemimpin Mesir.

Berkuasanya Ikhwanul Muslimin di Mesir membuat minoritas Koptik khawatir akan nasib mereka kelak. Namun, Mursi berulang kali berjanji tetap akan melindungi warga Mesir yang berjumlah hampir 9 juta orang itu. 

Wednesday, March 27, 2013

Gereja Katolik Tambora Disegel Massa


Gereja Katolik di Kampung Duri Tambora, Jakarta Barat tiba-tiba disegel oleh sejumlah warga yang mengatasnamakan dirinya dengan nama Forum Mesjid dan Mushola Duri Selatan.

Pemblokiran dilakukan lantaran massa menganggap kegiatan peribadatan jemaat tersebut telah melanggar ketentuan peraturan Kementerian Agama dan Kementerian Dalam Negeri. Namun, tak jelas pasal dan peraturan apa yang dianggap melanggar.

Aksi pemblokiran ini adalah aksi lanjutan setelah aksi unjuk rasa tanggal 15 Februari 2013 lalu. Perwakilan pengunjuk rasa menyampaikan sejumlah tuntutan. Berikut tuntutan dari massa pengunjuk rasa yang diterima oleh Romo Widyo :
1. Tidak boleh ada pembangunan
2. Tidak boleh mengajukan perubahan peruntukan.
3. Pemerintah tingkat manapun tidak boleh memberikan izin bila pihak pemohon mengajukan lagi
4. Pemerintah agar memberi pengarahan kepada pemohon untuk jangan pernah lagi mengajukan permohonan

Adanya informasi melalui pesan berantai yang menyatakan "Gereja di Tambora Mau Diserang" oleh kelompok radikal yang menamakan diri Forum Mesjid dan Mushola Duri Selatan ke Gereja Katolik Damai Kristus di Duri Selatan Kecamatan Tambora, Jakarta Barat, dibenarkan oleh Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Pol Rikwanto.


Monday, March 25, 2013

Paus Francis Terpilih, Awan Malaikat Muncul di Florida

Awan ini menjadi heboh karena muncul satu jam setelah Vatikan mengumumkan Jorge Mario Bergoglio diangkat menjadi Paus Fransiskus.

TEMPO.CO, Florida - Sebuah awan berwarna jingga muncul di langit Florida Royal Beach, Amerika Serikat, beberapa jam setelah Jorge Mario Bergoglio muncul di muka publik Vatikan. Awan itu menjadi perhatian penduduk Florida karena bentuknya yang tak biasa, mirip dengan melaikat bersayap yang tengah meluncur ke atas langit.

Penampakan awan mirip malaikat itu diabadikan channel berita WPTV yang langsung mengunggahnya ke laman Facebook mereka. Dalam sekejap, berita itu telah menjalar ke pelbagai belahan dunia, seperti virus. (Lihat Foto Awan Berbentuk Malaikat Tampak Setelah Paus Baru Terpilih)

"Banyak orang yang menganggap penampakan itu sebagai wujud syukur atas terpilihnya Bergoglio," tulis Huffington Post, Kamis, 14 Maret 2013.

Sebelumnya juga pernah terjadi pemandangan yang unik, ketika Paus Benediktus XVI memutuskan untuk mundur dari jabatannya, cuaca di Vatikan yang tadinya cerah menjadi mendung dan tiba-tiba petir menyambar kubah St. Peter Basilika. Kini setelah Paus Fransiskus resmi terpilih, terlihat awan berwarna merah muda menyerupai malaikat, tampak di langit Florida, negara bagian yang terletak di sebelah tenggara AS.

Sumber : http://www.tempo.co/read/news/2013/03/15/117467221/Awan-Malaikat-Wujud-Syukur-Bergoglio-Jadi-Paus

Kejadian sebelumnya, Petir menyambar Vatikan usai Paus Benediktus XVI nyatakan mundur
 

Wednesday, March 20, 2013

Blusukan Ala Paus Fransiskus

Paus Fransiskus pilih naik Bus ketimbang Limosin

VATIKAN - "Francesco! Francesco!" anak-anak kecil yang tengah berjalan di perempatan dekat Gereja Santa Anna, Vatikan, berteriak melihat pria berbaju putih yang mendadak muncul. Orang-orang dewasa juga terperanjat, tak menyangka Paus Fransiskus, atau Francesco menurut pelafalan Italia, akan berada di tepi jalan raya.

Sebagian berebut menjabat tangan Fransiskus, bahkan sempat ada yang sampai memegang pundak pemimpin umat Katolik sedunia itu. Fransiskus juga mencium dan memberkati bayi serta mengobrol dengan anak-anak.

+ �Apa kamu anak yang baik?�

- �Ya!� kata seorang bocah sambil menganggukkan kepala.

+ �Kamu yakin?�

Blusukan Ala Paus Fransiskus

Ahad lalu itu, Paus Fransiskus baru saja selesai memimpin misa di Gereja Santa Anna. Biasanya pastor memang menyalami orang di dalam dan luar gereja setelah misa, tapi baru kali itu seorang paus melakukannya.

Setelah beberapa menit, Paus Fransiskus melihat arlojinya, lalu melirik pengawalnya. Setelah itu, Sri Paus bergegas masuk kompleks Vatikan karena harus memimpin misa massal di alun-alun Basilika Santo Petrus.

Sejak terpilih sebagai paus pada Rabu pekan lalu, Fransiskus berkali-kali bikin pengawalnya pontang-panting. Mereka harus ekstra-awas karena Paus tampil di tempat publik tanpa terencana.

Sebelumnya, Fransiskus juga bikin geger karena memilih ikut naik bus bersama para kardinal yang memilihnya. Padahal limusin khusus paus sudah terparkir.

Para kardinal bahkan kaget ketika bus terakhir tiba dan orang yang turun paling belakangan adalah Paus Fransiskus. Setelah itu, saat mengambil barang-barang di hotel tempatnya menginap sebelum konklaf, Fransiskus ngotot membayar tagihan memakai uangnya sendiri.

"Paus yang ini sangat membumi dan merakyat,� kata Emanuel Anatsui dari Inggris. "Dia pasti akan membuat banyak hal luar biasa buat gereja.�

Luwesnya sang paus juga terlihat saat ia berkhotbah. Fransiskus memilih tidak mengikuti pendahulunya dengan ceramah sekadar membacakan naskah yang sudah disiapkan.

Ahad lalu, misalnya, ia membahas soal memaafkan. Ia menceritakan telah membaca soal memaafkan dari buku bagus yang dikarang seorang kardinal senior dari Jerman.

�Eh, tapi ini bukan promosi buku kardinal saya, ya,� ujarnya. Kalimat seloroh yang tidak ada di naskah itu langsung disambut tawa membahana dari massa di alun-alun Santo Petrus.

Fransiskus juga tahu benar cara memikat publik Italia, yang sebelumnya menyokong kardinal setanah air buat memimpin Vatikan. Berbicara dalam bahasa Italia yang fasih, Paus menceritakan soal kota leluhurnya di Italia.

Khotbah pun ia tutup dengan ucapan "buon pranzo" atau �selamat makan siang.� Tanda bahwa ia paham betul tradisi makan siang keluarga di Italia setiap Minggu siang.


Paus Fransiskus, Bapa Orang Miskin

Monday, March 18, 2013

Ahok: Vatikan Negara Pertama Akui Kemerdekaan Indonesia


Liputan6.com, Jakarta : Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok menerima kedatangan Duta Besar Vatikan Antonio Guido Filipazzi. Pertemuan itu diakui hanya bentuk silaturahmi antara Dubes Vatikan dan Pemprov DKI, seperti yang dilakukan dubes-dubes lain sebelumnya.

"Biasalah dubes-dubes datang sekedar untuk silaturahim. Saya bilang, kami juga sama, perjuangkan kebebasan beragama. Semua sama," ujar Ahok di Balaikota Jakarta, Jumat (15/3/2013).

Apakah ada pembahasan kerja sama dalam kunjungan itu? "Hahaha. Mau kerja sama apa? Tidak ada. Tadi dikasih kenang-kenangan medali Paus, tapi cetakan lama, belum ada cetakan baru. Dikasih buku sejarah Paus keuskupan dari 1947. Kan Vatikan itu negara yang pertama kali mengakui kemerdekaan Indonesia," jelas Ahok seraya tersenyum.

Sang Dubes Vatikan, tambah Ahok, juga mengundang makan siang bersama. Dirinya juga menyampaikan selamat atas terpilihnya Paus baru.

"Saya sempat bilang, selamat untuk Paus Fransiskus I. Dia bilang itu tidak pakai I. Kita becanda aja," ucap Ahok sambil tertawa ringan.

Thursday, March 14, 2013

Paus Fransiskus I, Bapa Orang Miskin


Setelah terpilih menjadi Paus Gereja Katolik yang ke-266, Kardinal Jorge Mario Bergoglio memilih nama Santo Fransiskus Asisi sebagai namanya. Umat Katolik pasti ada yang bertanya-tanya mengapa Paus tidak memilih nama Santo Fransiskus Xaverius yang adalah salah satu tokoh penting dalam pendirian Konggregasi Yesuit di mana beliau menjadi anggotanya? Mengapa justru Santo Fransiskus Asisi yang adalah pendiri Konggregasi Fransiskan yang punya sejarah panjang �selalu tidak cocok� dengan para Yesuit seperti tercatat dalam sejarah Gereja sejak abad pertengahan?

Rupanya rahasianya adalah bahwa walaupun Kardinal Jorge Mario Bergoglio adalah seorang Yesuit, ia sangat mengagumi gaya hidup dan opsi pelayanan dari Santo Fransiskus Asisi. Gaya hidup Santo inilah yang kemudian menginspirasi seluruh hidup dan karya pelayanannya selama ini. Apa sih yang menarik dari gaya hidup Santo Fransiskus Asisi yang kemudian menjadi nama dari Paus dari Amerika Latin untuk yang pertama kalinya dalam sejarah kepausan?

Santo Fransiskus Asisi lahir pada  tahun 1181 dan wafat pada tahun 1224. Dari riwayat hidup Fransiskus Asisi, yang paling kuat adalah semangat kemiskinan radikal Fransikus sebagai cara untuk mengikuti Kristus yang miskin untuk memperkaya umat manusia dengan kemiskinan yang dipeluk-Nya. Sejak pertobatannya di usia yang masih muda, Santo Fransiskus telah meninggalkan segala kekayaan orang tuanya dan memilih hidup miskin dari mengemis dan mengembara dari satu tempat ke tempat lain. Cara hidupnya yang menyangkal kekayaan dan kenikmatan semu duniawi ini kemudian menginspirasi teman-temannya yang kemudian mengikuti cara hidupnya dan bergabung dengan dia membentuk sebuah kelompok persaudaraan yang kemudian dikenal dengan Para Fransiskan pada masa kini. Kesederhanaan hidup dan belarasa dengan kaum miskin dan termarjinalkan dalam hidup inilah yang menginspirasi Kardinal Jorge Mario Bergoglio SJ dalam seluruh hidup dan karya pelayanannya.

Ia dikenal sebagai pribadi yang menghayati hidup sederhana, dekat dengan kaum papa, miskin, cacat, dan kelompok sosial yang kalah dalam hidup ini sebelum ia menjadi Paus. Karena sama seperti Fransiskus Asisi Kardinal Jorge juga memahami bahwa Yesus yang ia ikuti dan ia layani tampak dalam diri kaum miskin papa atau kelompok yang dianggap sampah oleh masyarakatnya. 

Karena itu, kemungkinan besar bahwa Paus Fransiskus I akan memusatkan perhatiannya pada masalah keadilan sosial agar Ajaran Sosial Gereja (ASG) tidak hanya menjadi sebuah retorika semu, tetapi kemudian menjadi sebuah praksis hidup bagi umat Katolik di manapun. Sebab situasi dunia ini semakin memperlihatkan jurang yang semakin lebar dan terpisahkan antara kaum miskin dan kaya, terjadi ketimpangan ekonomi antara belahan dunia utara dan belahan dunia selatan, antara timur dan barat. Karena itu, dia yang dikenal sebagai Bapa Kaum Miskin dapat menjadi inspirator bagi segenap umat Katolik untuk mempersempit jurang yang timpang ini.

Tags

Berita (144) Gereja Katolik (129) Iman Katolik (76) Apologetik (71) Paus (44) Tradisi (41) Kitab Suci (30) Politik (29) Yesus (28) Magisterium (24) Doa (22) Katolik Timur (20) Kesaksian (19) Katekese Liturgi (18) Renungan (18) Maria (15) Tanya Jawab (13) Roh Kudus (10) Kamis Putih (9) Film (8) Karismatik (8) Prodiakon (8) Lektor (7) Natal (7) Petrus (7) Sakramen Ekaristi (7) Sakramen Perkawinan (7) Adven (6) Katekese Katolik (6) Lintas Agama (6) Pantang dan Puasa (6) Perayaan Ekaristi (6) Seputar Liturgi (6) Anglikan (5) Gua Maria (5) Hari Perayaan Santa Maria (5) Hari Raya / Solemnity (5) Ibadat Harian (5) Madah dan Lagu Liturgi (5) Masa Prapaskah (5) Piranti Liturgi (5) Berita Terkini (4) Doa Novena (4) Doa Rosario (4) Ibadat Peringatan Arwah (4) Inkulturasi Liturgi (4) Jumat Agung (4) Komuni Kudus (4) Minggu Palma (4) Musik liturgi (4) Rabu Abu (4) Sakramen Mahakudus (4) Surat Gembala Paus (4) Tri Hari Suci (4) Dirigen Paduan Suara (3) Doa Litani (3) Ibadat Rosario (3) Jalan Salib (3) K Evangelisasi Pribadi (3) Kisah Nyata (3) Lamentasi (3) Liturgi Anak (3) Malam Paskah (3) Mgr Antonius Subianto OSC (3) Misa Jumat Pertama (3) Misa Krisma (3) Misdinar (3) Ordo (3) Paduan Suara Gereja (3) Paus Fransiskus (3) Persatuan Gereja (3) Tahun Liturgi (3) Tata Gerak dalam Liturgi (3) Virus Covid-19 (3) Yohanes Paulus II (3) Analisis Tafsiran (2) Beato dan Santo (2) Berita Luar Negeri (2) Busana Liturgi (2) Doa Angelus (2) Doa Bapa Kami (2) Doa Dasar (2) Doa Persatuan (2) Doa Suami-Istri (2) Doa Utk Jemaat (2) Doa Utk Warga (2) Doa dan Ibadat (2) Dupa dalam Liturgi (2) Eksorsisme (2) Evangeliarium (2) Hati Kudus Yesus (2) Homili Ibadat Arwah (2) Ibadat Completorium (2) Ibadat Mitoni (2) Ibadat Syukur Midodareni (2) Mgr.Antonius Subianto OSC (2) Mujizat (2) Orang Kudus (2) Pekan Suci (2) Perarakan dalam Liturgi (2) Reformasi Gereja (2) Risalah Temu Prodiakon (2) Sharing Kitab Suci (2) Surat Gembala KWI (2) Surat Gembala Uskup (2) Tuguran Kamis Putih (2) Ada Harapan (1) Allah Pengharapan (1) Api Karunia Tuhan (1) Artikel Rohani (1) Baptis Darah (1) Baptis Rindu (1) Batak Toba (1) Berdoa Rosario (1) Bersaksi Palsu (1) Bhs Indonesia (1) Bhs Karo (1) Bulan Rosario (1) Bunda Maria (1) Carlo Acutis (1) Debat CP (1) Dei Verbum (1) Desa Velankanni (1) Diakon (1) Doa Bersalin (1) Doa Dlm Keberhasilan (1) Doa Dlm Kegembiraan (1) Doa Dlm Kesepian (1) Doa Katekumen (1) Doa Kebijaksanaan (1) Doa Kehendak Kuat (1) Doa Kekasih (1) Doa Kekudusan (1) Doa Kel Sdh Meninggal (1) Doa Keluarga Sakit (1) Doa Kerendahan Hati (1) Doa Kesabaran (1) Doa Keselamatan (1) Doa Ketaatan (1) Doa Ketabahan (1) Doa Orang Menderita (1) Doa Orang Sakit (1) Doa Pemb Pertemuan (1) Doa Penerangan RK (1) Doa Pengenalan (1) Doa Penutup Pertemuan (1) Doa Perjalanan (1) Doa Pertunangan (1) Doa Ratu Surga (1) Doa SeSdh Kelahiran (1) Doa Seblm Kelahiran (1) Doa Seblm Makan (1) Doa Semakin Dikenal (1) Doa Siap Mati (1) Doa Tanggung Jawab (1) Doa Ulang Tahun (1) Doa Untuk Anak (1) Doa Untuk Keluarga (1) Doa Utk Gereja (1) Doa Utk Masyarakat (1) Doa Utk Mempelai (1) Doa Utk Negara (1) Doa Utk Ortu (1) Doa Utk Pemuka (1) Doa Utk Penderita (1) Doa Utk Petugas (1) Doa Utk Rakyat (1) Doa Utk Tanah Air (1) Doa Utk Yg Membenci (1) Dogma (1) Doktrin (1) Dokumen Gereja (1) Dokumen Pernikahan (1) Dominicans (1) Dosa (1) Ekaristi Kudus (1) Enggan Beribadat (1) Epiphania (1) Film Terbesar (1) Firman Tuhan (1) Foto Kenangan (1) Generasi Muda (1) Gubernur Wasington (1) Haposan P Batubara (1) Hari Pesta / Feastum (1) Harus Bergerak (1) Hidup Kudus (1) Hidup Membiara (1) Homili Ibadat Syukur (1) Hukum Kanonik (1) Ibadat Jalan Salib (1) Ibadat Pelepasan Jenazah (1) Ibadat Pemakaman (1) Imam Jesuit (1) Investasi Surgawi (1) Jangan diam (1) Joko Widodo (1) Kalender Prapaska (1) Kebenaran KS (1) Keberadaan Allah (1) Kebohongan Pemimpin (1) Kejujuran (1) Kekuasaan Pelayanan (1) Kekudusan Degital (1) Kesehatan Tubuh (1) Komentar (1) Konsili Vat II (1) Konstantinovel (1) Kopi Asyik (1) Kristus Allah (1) Kualitas Hidup (1) Kumpulan cerita (1) Lawan Covid-9 (1) Lawan Terorisme (1) Lingkuangan Keluarga (1) Lingkup Jemaat (1) Lingkup Masyarakat (1) Liturgi Gereja (1) Luar Biasa (1) Lucu (1) Madu Asli (1) Mari Berbagi (1) Mateus 6 (1) Mayoritas Katolik (1) Menara Babel (1) Menghadapi Kematian (1) Menunggu Penyelamat (1) Mesin Waktu (1) Mgr A Subianto OSC (1) Misa Imlex (1) Misa Latin (1) Misa Online (1) Misionaris SCY (1) Mohon Bantuan (1) NKRI (1) Naskah WH (1) Oikoumene (1) Organis Gereja (1) PGI (1) Passion Of Christ (1) Pastoran (1) Penampakan Maria (1) Pendidikann Imam (1) Pengakuan Iman (1) Penghormatan Patung (1) Pentahbisan (1) Perbaikan (1) Perjamuan Kudus (1) Perkawinan Campur (1) Perkawinan Sesama Jenis (1) Persiapan Perkawinan (1) Pertemuan II App (1) Pertobatan (1) Pesan Natal (1) Pesan Romo (1) Pohon Cemara (1) R I P (1) Rasa Bersyukur (1) Rasul Degital (1) Rasul Medsos (1) Renungan Musim Natal (1) S3 Vatikan (1) SSCC Indonesia (1) Saksi Bohong (1) Salam Yosef (1) Saran Dibutuhkan (1) Sejarah (1) Selamat Paskah (1) Selingan (1) Sepuluh Perintah Allah (1) Sosialisasi APP (1) Spiritualitas (1) Sukarela (1) Surat bersama KWI-PGI (1) Surga (1) Survey (1) Survey KAJ (1) Tahun St Yosef (1) Teologi (1) Thema APP (1) Tim Liturgi (1) Tokoh Iman (1) Tokoh Internasional (1) Tokoh Masyarakat (1) Toleransi Agama (1) Tuhan Allah (1) Tujuan Hidup (1) Turut Berlangsungkawa (1) Usir Koruptor (1) Ust Pembohong (1) Video (1) Wejangan Paus (1) Yudas Iskariot (1) Ziarah (1)