Ketika diajak teman-teman berziarah, seorang ibu menolak dengan mengatakan: “Untuk apa berziarah, toh kita bisa berdoa di rumah?” Ya, mungkin pertanyaan seperti itu pernah juga menggelitik hati kita. Umat Katolik biasa berziarah ke berbagai tempat peziarahan. Adakah nilai yang bisa kita petik ketika berziarah?
Tradisi berziarah sudah ada sejak zaman Gereja Perdana, khususnya ketika umat kristen ingin napak tilas perjalanan Kristus ke Golgota. Hidup Kristus menjadi pola hidup para muridNya. Boleh dikatakan perjalanan hidup Kristus di dunia adalah peziarahan menuju Yerusalem dimana ia disalibkan, dan sekaligus dimuliakan. Yesus bangkit dan dimuliakan 3 hari sesudah kematianNya. Demikianlah hidup kita. Kita pun hidup dalam peziarahan menuju kemuliaan abadi di surga. Namun, kita masih harus menjalani hidup di dunia yang sudah tercemar oleh dosa. Buah dari dosa adalah maut. Wajah maut itu tampak dalam berbagai macam penderitaan yang dialami manusia: sakit-penyakit, berbagai macam kejahatan, kekecewaan, kekuatiran, ketakutan, penuaan, dan akhirnya kematian. Inilah jalan yang harus kita lalui, dan ini berarti salib.
Ketika kita berziarah kita mau merenungkan jalan kehidupan kita bersama Kristus. Kita membarui semangat kita untuk memanggul salib bersama Kristus. Kita mau mengarahkan kembali ke tujuan akhir hidup kita: berbahagia bersama Kristus yang dimuliakan di surga, setelah kita menyelesaikan salib kehidupan kita di dunia. Di sinilah kita temukan nilai perziarahan kita. Memang benar kita bisa berdoa di rumah. Tetapi doa di rumah sering menjadi rutinitas yang hambar dan bahkan lupa bahwa Kristus menyertai hidup kita, khususnya di saat kita harus memanggul salib yang berat. Oleh karena itulah kadang-kadang kita perlu membarui semangat. Perjalanan peziarahan mengajak kita merenungkan bahwa kita tidak pernah berjalan sendiri. Kristus sendiri memberikan jaminan “Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.” (Mat 28:20).
Video berikut diharapkan bisa menjelaskan nilai peziarahan bagi kita, umat Katolik. Tuhan memberkati.